Kenikmatan Surgawi Itu Bukan "Pesta Seks"?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata dari “pesta kawin” dan “pesta nikah” yang pengertiannya merujuk pada pesta perayaan perkawinan. Sedangkan kata "pesta seks" tidak ditemukan sama sekali dalam kamus yang menjadi rujukan dalam akademisi di Indonesia itu.
Namun, bila dimaknai pesta seks dari pengertian secara harfiah “pesta” yang merujuk pada perjamuan makan dan minum (bergembira ria dan sebagainya); perayaan (keramaian dan sebagainya).
Andaikan saja istilah pesta seks itu sebagai sebuah perayaan yang melibatkan banyak orang dalam beraktivitas seksual dengan suka ria sebebas-bebasnya. Jika ini yang dimaksud dengan pesta seks sebagai sebuah kenikmatan di surga, maka tentunya hal ini jelas keliru. Sepanjang informasi agama yang tersebut dalam literatur kutubut turats, salah satu nikmat Allah di surga itu adalah kenikmatan berhubungan seksual, bukan pesta seks. Itu pun tetap diatur melalui ikatan perkawinan seperti keterangan dalam Hasyiyyah al-Baijury dan Hasyiyah I’anah al-Thalibin dengan redaksi yang sedikit berbeda.
والنكاح من الشرائع القديمة فإنه شرع من لدن أبينا آدم عليه السلام واستمر حتى في الجنة فإنه يجوز للإنسان النكاح في الجنة ولو لمحارمه ما عدا الأصول والفروع فلا ينكح أمه ولا بنته فيها وفائدته في الدنيا حفظ النسل وتفريغ ما يضر حبسه من المني واستيفاء اللذة والتمتع، وهذه هي التي تبقى في الجنة
Artinya: “Nikah merupakan syariat yang terdahulu. Ia disyariatkan sejak Nabi Adam AS dan berlangsung hingga di surga kelak. Seseorang boleh menikahi sekalipun mahrahmnya selain pokok dan cabangnya di surga. Dari sini, seseorang tidak boleh menikahi ibunya (serta nenek ke atas) dan anak perempuannya (serta cucu perempuan ke bawah). Tujuan perkawinan di dunia (menurut kalangan medis) adalah menjaga keturunan, mengeluarkan cairan mani yang memudharatkan jika tertahan di dalam badan, dan merasakan kenikmatan. Tujuan (ketiga) ini yang tersisa di surga,” (Lihat Syaikh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyah al-Baijury, cetakan kedua, 1999 M/1420 H, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, juz II, halaman 169).
Pertanyaannya adalah kenapa tujuan ketiga perkawinan ini tetap berlangsung di surga? Sayyid Bakri bin Sayyid M Syatha Dimyathi dalam I‘anah al-Thalibin menjawab, di surga sudah tidak ada lagi beranak pinak dan tidak ada pula penahanan dorongan seksual yang menyebabkan badan menjadi mudharat.
إذ لا تناسل هناك ولا احتباس
Artinya: “(Hanya tujuan ketiga yang tersisa di surga, yaitu merasakan kenikmatan) karena di sana tidak ada lagi keturunan (baru) dan tidak (perlu) lagi menahan (dorongan seksual) yang memudharatkan badan,” (Lihat Sayyid Bakri bin Sayyid M Syatha Dimyathi, I‘anatut Thalibin, Daru Ihya’il Kutubil Arabiyah, Isa Al-Babi Al-Halabi, juz IV, halaman 253).
Dari keterangan ini, kita menyimpulkan bahwa kenikmatan seksual di surga adalah benar adanya. Meski begitu, hubungan seksual tetap diatur, bukan sebebas-bebasnya seperti pengertian yang tercakup dalam istilah pesta seks.
Hubungan seksual di surga diatur melalui perkawinan dan orang-orang yang bisa dinikahi. Salah satu peraturan perkawinan di surga adalah larangan untuk menikahi istri orang lain, ibu (dan juga nenek ke atas [ushul]), anak perempuan (dan juga cucu ke bawah [furu']), istri para nabi dan rasul termasuk para istri Nabi Muhammad SAW sebagaimana disinggung Ibnu Katsir dalam karyanya, kitab Qashashul Anbiya.
Adapun mahram selain ibu dan anak perempuan boleh dinikahi, tentu yang bukan istri orang lain. Sedangkan seorang perempuan yang menikah lebih dari sekali akan menjadi istri dari suami terakhir dalam hidupnya. Sementara sebagian ulama mengatakan, perempuan itu ditawarkan untuk memilih suami yang dikehendaki.
Simpulan kami, tidak benar kalau di surga ada pesta seks. Saran kami, para dai hendaknya berhati-hati sekali dalam menjelaskan nikmat surga agar tidak membuat kekeliruan persepsi masyarakat.
Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.
Alamat link terkait :Kenikmatan Surgawi Itu Bukan "Pesta Seks"?
0 Response to "Kenikmatan Surgawi Itu Bukan "Pesta Seks"?"
Posting Komentar