Pemimpin yang Kebayi-bayian
Oleh : Mohammad Fauzil Adhim
Pada mulanya adalah keluarga, kemudian pendidikan yang membentuknya. Ada masa yang disebut thufulah. Masa kanak-kanak. Inilah masa yang sangat penting. Masa untuk mempersiapkan anak-anak kita agar pada usia 6 tahun, selambatnya 7 tahun, benar-benar telah menjadi mumayyiz. Siapa itu mumayyiz? Orang yang memiliki tamyiz, yakni kemampuan membedakan baik dan buruk serta benar dan salah dengan akalnya. Kemampuan ini sendiri bertingkat-tingkat.
Ada thufulah, ada thufuliyah alias sifat kekanak-kanakan. Secara sederhana, thufuliyah dimaknai sebagai karakteristik kanak-kanak yang melekat pada orang yang seharusnya sudah dewasa. طفولية: صفات الطفولة عند الكبار (sifat kekanak-kanakan yang melekat pada diri orang yang sudah besar).
Ada thufulah, ada thufuliyah alias sifat kekanak-kanakan. Secara sederhana, thufuliyah dimaknai sebagai karakteristik kanak-kanak yang melekat pada orang yang seharusnya sudah dewasa. طفولية: صفات الطفولة عند الكبار (sifat kekanak-kanakan yang melekat pada diri orang yang sudah besar).
Kanak-kanak itu masa penuh harapan, tetapi kekanak-kanakan merupakan petaka yang menyedihkan. Yang lebih buruk lagi ialah sifat kebayi-bayian. Jika melekat pada pemimpin, secara pasti akan melahirkan kejahatan. Maka kita semua harus berusaha keras dan memohon perlindungan dari para pemimpin yang kebayi-bayian (imaratish shibyaan). Istilah ini senantiasa dalam bentuk jama'. Kita memohon perlindungan baik di masa penentuan pilihan maupun masa-masa sesudahnya.
Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam menyatakan kepemimpinan seperti itu sebagai kejahatan. Jika menaati mereka akan menjerumuskan ke dalam neraka. Jika tidak taat, akan dipersulit hidupnya, dipersekusi, sehingga mati pelan-pelan dengan menderita.
RasuluLlah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَبَ: إمَارَةُ الصِّبْيَانِ إنْ أَطَاعُوهُمْ أَدْخَلُوهُمْ النَّارَ, وَإِنْ عَصَوْهُمْ ضَرَبُوا أَعَنْاقَهُمْ
”Celakalah orang Arab dari kejahatan yang telah dekat, yaitu imaarat ash-shibyaan (pemimpin yang kebayi-bayian), yakni kepemimpinan yang jika rakyat mentaati mereka, mereka akan memasukkan rakyatnya ke dalam neraka. Tapi jika rakyat tidak mentaati mereka, mereka akan membunuh rakyatnya sendiri.” (HR Ibnu Abi Syaibah).
Dari hadis ini kita mengambil pelajaran, yakni sangat pentingnya berlindung dari kejahatan yang sangat dekat (مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَب). Apa itu? Para pemimpin yang kebayi-bayian. Dan Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam memperingatkan dengan perkataan "celaka". Apalagi jika mereka sekaligus dungu. Sungguh, ini bukan musibah yang sederhana.
Maka sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam, hendaklah tidak putus-putus berdo'a dan berusaha konsekuen terhadap do'a yang kita mohonkan. Kita berlindung dari kejahatan yang sangat dekat, dari pemimpin yang mati nuraninya. Semoga tak ada di Indonesia. Kita menadahkan tangan untuk meminta dengan do'a yang diajarkan langsung oleh Rasulullah Muhammad shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَبَ: إمَارَةُ الصِّبْيَانِ إنْ أَطَاعُوهُمْ أَدْخَلُوهُمْ النَّارَ, وَإِنْ عَصَوْهُمْ ضَرَبُوا أَعَنْاقَهُمْ
”Celakalah orang Arab dari kejahatan yang telah dekat, yaitu imaarat ash-shibyaan (pemimpin yang kebayi-bayian), yakni kepemimpinan yang jika rakyat mentaati mereka, mereka akan memasukkan rakyatnya ke dalam neraka. Tapi jika rakyat tidak mentaati mereka, mereka akan membunuh rakyatnya sendiri.” (HR Ibnu Abi Syaibah).
Dari hadis ini kita mengambil pelajaran, yakni sangat pentingnya berlindung dari kejahatan yang sangat dekat (مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَب). Apa itu? Para pemimpin yang kebayi-bayian. Dan Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam memperingatkan dengan perkataan "celaka". Apalagi jika mereka sekaligus dungu. Sungguh, ini bukan musibah yang sederhana.
Maka sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam, hendaklah tidak putus-putus berdo'a dan berusaha konsekuen terhadap do'a yang kita mohonkan. Kita berlindung dari kejahatan yang sangat dekat, dari pemimpin yang mati nuraninya. Semoga tak ada di Indonesia. Kita menadahkan tangan untuk meminta dengan do'a yang diajarkan langsung oleh Rasulullah Muhammad shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
اللهم إني أعوذبك من إمارةِ الصبيان والسفهاء
“Ya Allah, sungguh kami berlindung kepada-Mu dari pemimpin yang kebayi-bayian dan dari pemimpin yang dungu.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad).
Nah, sudahkah kita berdo'a memohon perlindungan kepada-Nya dari kejahatan mereka?
Nah, sudahkah kita berdo'a memohon perlindungan kepada-Nya dari kejahatan mereka?
Solo, 1 Oktober 2019
Mohammad Fauzil Adhim, S.Psi., Motivator dan Penulis Buku
Alamat link terkait :Pemimpin yang Kebayi-bayian
0 Response to "Pemimpin yang Kebayi-bayian"
Posting Komentar