Pengertian Nafsu, Akal, Qalbu dan Dalil Naqli Tentang Nafsu, Akal dan Qalbu

Judul : Pengertian Nafsu, Akal, Qalbu dan Dalil Naqli Tentang Nafsu, Akal dan Qalbu

Baca Juga:


Pengertian Nafsu, Akal, Qalbu dan Dalil Naqli Tentang Nafsu, Akal dan Qalbu

1. Nafsu.
Kata nafsu bahasa berasal dari bahasa Arab, Nafsun (kata mufrad) jama’nya, anfus atau Nufusun dapat diartikkan roh, nyawa, tubuh dari seseorang, darah, niat, orang dan kehendak atau keinginan (kecenderungan, dorongan) hati yang kuat.

Secara istilah nafsu, adalah laṭhīfah/ sesuatu yang lembut pada diri seseorang yang mnimbulkan keinginan seseorang atau dorongan-dorongan hati yang kuat untuk memuaskan kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Misalnya keinginan makan, minum, disanjung dihargai dan sebagainya. Karena itu sering disebut dengan hawa nafsu.

Adapun pengertian hawa nafsu adalah sesuatu yang disenangi oleh jiwa kita baik bersifat jasmani maupun nafsu yang bersifat maknawi. Nafsu yang bersifat jasmani yaitu sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan tubuh kita seperti makanan, minum, dan kebutuhan biologis lainnya.

Nafsu yang bersifat maknawi yaitu, nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan rohani seperti, nafsu ingin diperhatikan orang lain, ingin dianggap sebagai orang yang paling penting, paling pinter, paling berperan, paling hebat, nafsu ingin disanjung dan lain-lain.

Nafsu dalam pengertian seperti ini dalam kondisi tertentu dibutuhkan bagi kehidupan manusia, namun harus dikendalikan dengan baik agar tidak mengakibatkan pengaruh buruk / negatif bagi manusia. Nafsu yang telah terkendali akan menimbulkan ketenangan jiwa.

Dalil Naqli Tentang Nafsu.

Ayat al-Quran sebagai dalil naqli yang menjelaskan tentang nafs, antara lain dengan menggunakan kata “ Hawa”; Allah SWT. berfirman:


فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) Ketahuilah bahwa Sesung- guhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesung- guhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Qaṣaṣ :50)

2. Akal.
Kata akal berasal dari kata dalam bahasa Arab, al-‘aql. Kata al-‘aql adalah maṣdar dari kata ‘aqala – ya’qilu – ‘aqlan yang maknanya adalah “fahima wa tadabbara” yang artinya “dia paham (tahu, mengerti) dan memikirkan (menimbang)”.

Maka al-‘aql, sebagai maṣdar dari kata kerja ‘aqala, maknanya adalah kemampuan memahami dan memikirkan sesuatu. Sesuatu itu bisa ungkapan, penjelasan, fenomena, dan lain-lain, semua yang ditangkap oleh panca indra.

Secara etimologis akal juga memiliki arti menahan (al-imsāk), ikatan (ar-ribāṭh), menahan (al-ḥajr), melarang (an-nahy) dan mencegah (al-man’u). Dengan makna ini, maka yang dinaksud dengan orang berakal adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya.

Sedangkan, menurut Istilah akal adalah sesuatu yang halus (laṭifah) yang mempunyai daya kemampun untuk memperoleh, menyimpan dan mengeluarkan pengetahuan. Akal dengan demikian memiliki fungsi kognisi, yaitu untuk memperhatikan, memikirkan, menjelaskan, mempertimbangkan semua fenomena yang ditangkap oleh panca indra sehingga dapat berpendapat, berimajinasi, menilai dan sebagainya.

Dalil Naqli tentang Akal.
Dikatakan di dalam Al-Qur’an:


أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

"Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (QS. al-ḥajj:46)

Dari ayat ini dijelaskan bahwa al-’aql itu ada di dalam al-qalb. Ia dapat memahami dan memikirkan (ya’qilu) dengan menggunakan al-qalb.

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." (QS. Qaf: 37)

Dalam ayat ini qalb bermakna akal, dalam arti hati itulah yang dipakai untuk memikirkan suatu kejadian dan menjadikannya sebagai pelajaran dalam kehidupan manusia.

3. Qalb (Hati)
Pengertian Qalb secara bahasa artinya membalik. Dalam konteks ini hati disebut qalb karena siafat hati yang selalu berubah-ubah dan membolak-balik keadaan. Kadang sedih, gembira, sebentar senang lalu benci dan seterusnya. Tidak ada jaminan hati selalu tetap. Allah lah yang membolak-balik hati manusia. Karena itu jika dalam hati muncul keinginan yang baik maka segeralah laksanakan jangan ditunda-tunda sebelum keinginan itu berubah.

Qalb juga disebut hati. Hati ada dua pengertian, yakni hati dalam arti daging dan hati dalam arti sesuatu yang halus, bersifat ketuhanan. Hati dalam arti daging adalah sebuah organ tubuh yang tersimpan dan terlindung tulang belulang yang berada didada disebelah kiri manusia. Pada daging hati terdapat lubang dan jaringan yang halus. Didalam lubang (rongga) terdapat pula darah hitam yg menjadi sumber roh. Makna lain dari hati ialah merupakan sesuatu yg halus, rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniyah (kerohanian) dan terkait dengan hati jasmani (ditubuh kita).

Hati halus merupakan hakikat manusia. Hati dalam pengertian sesuatu halus dan kerohanian inilah yg mampu mengenal diri sendiri dan yang menjadi subyek pembicaraan (khithab), disiksa, dicela dan dituntut oleh Allah Swt. Kondisi hati memiliki kaitan dengan jasmani yang menentukan sifat serta watak manusia yang tampak secara lahiriah. Karena itu hati yang sedang marah, sedih, gembira dan sebagainya akan memancar ke luar dan tampak pada wajah atau wujud dalam bahasa tubuh seseorang.

Dalil Naqli Tentang Qalbu.
Surat Muhammad ayat 16:

وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ حَتَّىٰ إِذَا خَرَجُوا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوا لِلَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ آنِفًا ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ 

“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang Berkata kepada orang yang Telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?” mereka Itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.” (QS. Muhammad : 16)

Dalam ayat ini hati dengan makna sesuatu yang mampu mempertimbangkan sehimgga bersikap menerima atau menolak suatu ajaran. Nabi Muhammad Saw bersabda:

”Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal daging. jika gumpalan daging itu bagus maka akan baguslah seluruh anggota tubuh. Jika gumpalan daging itu rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh”. (HR. Bukhari).

Ayat dan haditṣ ini menunjukkan bahwa kedudukan hati manusia sangat pentig. Ia menjadi sentral yang berfungsi mengendalikan prilaku lahir, penentu baik dan buruknya seseorang. Karena itu kelak di akhirat manusia yang selamat adalah yang yang menghadap Allah Swt dengan hati dalam kondisi “ saliim”. Yaitu hati yang selamat dari penyakit, bersih dan baik.
Buku Siswa Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia.

Baca JugaKedudukan dan Perilaku orang yang Memiliki Nafsu, Akal dan Qalb

Judul artikel terkait :Pengertian Nafsu, Akal, Qalbu dan Dalil Naqli Tentang Nafsu, Akal dan Qalbu
Alamat link terkait :Pengertian Nafsu, Akal, Qalbu dan Dalil Naqli Tentang Nafsu, Akal dan Qalbu

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Nafsu, Akal, Qalbu dan Dalil Naqli Tentang Nafsu, Akal dan Qalbu"

Posting Komentar