BNPB: Kebakaran Hutan dan Lahan Diprediksi Meningkat
JAKARTA, LAMPUNGUPDATE.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan, potensi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalimantan dan Sumatera terus meningkat berkaitan dengan puncak kemarau yang diprediksi terjadi pada September.
"Potensi kebakaran hutan dan lahan akan terus meningkat. Puncak kemarau diprediksi pada September mendatang. Sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan juga makin meningkat," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Minggu.
Hingga kini ada lima provinsi telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan, yaitu Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
Di Kalimantan Barat terdapat lima kabupaten yang telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan, yaitu Kabupaten Kubu Raya, Ketapang, Sekadau, Melawi dan
Bengkayang.
Sutopo memaparkan lokasi hotspot atau titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan berada pada lahan perkebunan swasta, lahan milik masyarakat dan di taman nasional.
"Plotting lokasi hotspot tahun 2015, 2016 dan 2017 menunjukkan lokasi kebakaran hutan dan lahan ada yang selalu berulang setiap tahun seperti di Taman Nasional Tesso Nelo, OKI, daerah perbatasan antara Riau dan Jambi, dan beberapa daerah lainnya," kata Sutopo.
Dia menjabarkan secara nasional terpantau 282 sebaran titik panas dengan terbanyak di Kalimantan Barat 150 titik panas, Sumsel (23), Riau (16), Sulsel (18) dan lainnya.
Selain itu, terdapat tambahan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan, yakni di wilayah Kabupaten Ogan Ilir yang mulai terjadi Sabtu (5/8) pukul 14.00 dan ada pula yang terbakar mulai pukul 16.00 dan kemudian kebakaran semakin membesar.
Sutopo mengatakan patroli dan pencegahan makin diintensifkan. BPBD Jambi dan BPBD Sumatera Selatan mengajukan tambahan helikopter water bombing agar dapat lebih mengefektifkan pemadaman.
Lokasi kebakaran hutan dan lahan sebagian besar di daerah-daerah yang terbatas aksesibilitas. Beberapa kendala dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan antara lain luasnya daerah yang harus dijaga, terbatasnya sarana, prasarana dan anggaran bagi petugas di lapangan, cuaca kering, sumber air terbatas, lokasi kebakaran sulit dijangkau. (*)
Sutopo memaparkan lokasi hotspot atau titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan berada pada lahan perkebunan swasta, lahan milik masyarakat dan di taman nasional.
"Plotting lokasi hotspot tahun 2015, 2016 dan 2017 menunjukkan lokasi kebakaran hutan dan lahan ada yang selalu berulang setiap tahun seperti di Taman Nasional Tesso Nelo, OKI, daerah perbatasan antara Riau dan Jambi, dan beberapa daerah lainnya," kata Sutopo.
Dia menjabarkan secara nasional terpantau 282 sebaran titik panas dengan terbanyak di Kalimantan Barat 150 titik panas, Sumsel (23), Riau (16), Sulsel (18) dan lainnya.
Selain itu, terdapat tambahan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan, yakni di wilayah Kabupaten Ogan Ilir yang mulai terjadi Sabtu (5/8) pukul 14.00 dan ada pula yang terbakar mulai pukul 16.00 dan kemudian kebakaran semakin membesar.
Sutopo mengatakan patroli dan pencegahan makin diintensifkan. BPBD Jambi dan BPBD Sumatera Selatan mengajukan tambahan helikopter water bombing agar dapat lebih mengefektifkan pemadaman.
Lokasi kebakaran hutan dan lahan sebagian besar di daerah-daerah yang terbatas aksesibilitas. Beberapa kendala dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan antara lain luasnya daerah yang harus dijaga, terbatasnya sarana, prasarana dan anggaran bagi petugas di lapangan, cuaca kering, sumber air terbatas, lokasi kebakaran sulit dijangkau. (*)
Alamat link terkait :BNPB: Kebakaran Hutan dan Lahan Diprediksi Meningkat
0 Response to "BNPB: Kebakaran Hutan dan Lahan Diprediksi Meningkat"
Posting Komentar