Falsafah Pensil

Judul : Falsafah Pensil

Baca Juga:


Falsafah Pensil


Oleh : Jamil Azzaini

Paulo Coelho dalam bukunya Like the Flowing River (Harper Collins, 2000) menyampaikan bahwa hidup itu seirama dengan falsafah pensil. Ada lima elemen penting yang terdapat pada sebuah pensil.

Pertama, Pensil bisa menciptakan gambar dan tulisan karena ada tangan yang menuntun. Prestasi dan pencapaian yang kita raih dalam hidup selalu ada tangan-tangan yang menuntun. Ada “tangan” Allah swt yang mengizinkan dan memberi jalan atas pencapaian tersebut. Untuk itu, banyaklah bersyukurlah kepada-Nya. Ada pula tangan pasangan hidup, orang tua, anak, sahabat, guru, pimpinan, anggota tim, mitra kerja bahkan “musuh” kita sekalipun. Tangan-tangan merekalah yang terus menyempurnakan hidup kita. Berterima kasih kepada mereka adalah kebutuhan kita. Semakin banyak berterima kasih, semakin indah “gambar” dan “tulisan” yang bisa kita hasilkan.

Kedua, pensil perlu diruncing. Begitu pula kehidupan kita perlu “diruncing” atau sekali-kali perlu merasakan sakit, jatuh, derita untuk menghasilkan karya yang jauh lebih baik.  Pencil tumpul yang tidak diruncing ibarat zona nyaman yang dibiarkan tanpa menghadirkan tantangan baru. Ada, namun tidak terlalu berguna. Ada, namun keberadaannya tiada terasa.

Ketiga, diujung pensil ada penghapus. Kita pun tidak perlu takut menjalani kehidupan, apabila suatu saat melakukan kesalahan ada “penghapus” yang bisa mengoreksi atau bahkan menghapus apa yang merusak. Akui kesalahan yang kita lakukan dan setelah itu lakukan kebaikan lagi agar kehidupan kita semakin indah untuk dinikmati.

Keempat, inti dari pensil bukanlah kayunya tetapi graphite-nya. Jangan sibuk dengan mementingkan tampilan luar, perhatikanlah kualitas di dalam diri kita. Visi hidup kita, value hidup kita, karakter kita, dan kejerniahan hati kita. Apabila kita fokus apa yang ada “di dalam” diri kita maka kualitas “gambar” dan “tulisan” yang kita hasilkan akan jauh lebih baik.

Kelima, pensil itu meninggalkan bekas. Kehidupan kita di dunia ini juga meninggalkan jejak, meninggalkan bekas di hati orang-orang yang kita jumpai. Semakin banyak manfaat positif yang bisa kita torehkan, semakin banyak bekas yang bisa kita tinggalkan. Meski pensilnya sudah tiada namun gambar atau tulisannya masih bisa dinikmati oleh orang sesudahnya. Walaupun kita sudah dikubur di dalam bumi, manfaat dari karya kita masih terus bisa dirasakan oleh generasi setelah kita. Asyik khan?

Pensil meninggalkan gambar dan tulisan yang bisa menginspirasi jutaan orang. Kita mau meninggalkan apa? Pilihannya ada pada diri Anda.

Jamil Azzaini, Penulis Buku dan Motivator

Sumber : www.jamilazzaini.com

Judul artikel terkait :Falsafah Pensil
Alamat link terkait :Falsafah Pensil

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Falsafah Pensil"

Posting Komentar