Bersama tapi Bersimpang Jalan

Judul : Bersama tapi Bersimpang Jalan

Baca Juga:


Bersama tapi Bersimpang Jalan

Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Bukan karena berbeda kegiatan yang membuat hati tidak saling bertautan. Bukan pula karena perbedaan minat dan hobby yang menjadikan suami-istri tak bisa saling mengisi. Bukan. Bukan itu. Tetapi bergesernya hati karena orientasi yang berubah sehingga mulai timbul saling ketidakcocokan, meskipun mereka sering melakukan kegiatan bersama, pengajian bersama dan bahkan berangkat pun bersama-sama.⁣


Tak ada yang tiba-tiba, sebenarnya. Orientasi hidup di antara kedua saling bersimpang jalan, berseberangan jauh meskipun tampaknya senantiasa seiring selangkah, tidaklah terjadi begitu saja. Yang terkatakan di lisan saat diskusi maupun memaparkan pikiran, boleh jadi tampak lurus, tetapi perhatian mereka saat melakukan kegiatan bersama tersebut bertolak belakang satu sama lain. Awalnya biasa, “sekedar iseng” agar tak ketinggalan dengan yang lain, sementara satunya (suami/istri) lebih memperhatikan hal-hal yang mendasar. Dari yang biasa, lama-lama dapat bergeser jauh sehingga saling berseberangan.⁣

Sama-sama berangkat mengikuti kajian, tetapi suami menyibukkan diri dengan ma’ali wal makarim (hal-hal yang luhur dan mulia), sementara istri misalnya lebih perhatian kepada penampilan Ustadz atau model jilbab istri Ustadz. Ketika terus berlangsung dari waktu ke waktu, perhatian kepada penampilan akhirnya bergeser menjadi kesibukan terhadap safsaf, yakni urusan receh remeh-temeh yang tidak fundamental dan bahkan dibenci Allah ‘Azza wa Jalla. Maka, samanya kegiatan tidak menyatukan mereka.⁣

Sebuah catatan ringkas ini bermanfaat dan barakah.

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku dan Motivator Parenting

Judul artikel terkait :Bersama tapi Bersimpang Jalan
Alamat link terkait :Bersama tapi Bersimpang Jalan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bersama tapi Bersimpang Jalan"

Posting Komentar