Tetapkah di Jalan Kebenaran, Walau Sendirian

Judul : Tetapkah di Jalan Kebenaran, Walau Sendirian

Baca Juga:


Tetapkah di Jalan Kebenaran, Walau Sendirian

Ustadz ABDUL SOMAD, bertanya kepada jama'ahnya,

UAS : "Andai kita hidup pada zaman Fira'un, kira-kira kita jadi pengikut siapa, Fir'aun atau Nabi Musa?"

Jama'ah : "Musaaaaa." (Jawab jama'ah dengan kompak)

UAS : "Yakiiin?"
Jama'ah : "Yakiiiiiin."

UAS : "Tapi yang membangun kota Mesir, Fir'aun. Yang bangun infrastruktur juga dia.  Yang bangun piramida, Fir'aun. Yang paling kaya, Fir'aun. Yang punya bala tentara banyak dan kuat, Fir'aun. Yang punya banyak pengikut, Fir'aun. Yang bisa memberi perlindungan dan jaminan, Fir'aun. Yang Berkuasa, Fir'aun. Yang bisa menyediakan makanan dan minuman, Fir'aun. Yang bisa adakan hiburan, Fir'aun. Yang bisa buat pusat perbelanjaan, Fir'aun. Bahkan jika teknologinya sudah ada mungkin Kartu Mesir Sehat dan Kartu Mesir Pintar juga dibuatnya."

Sementara Nabi Musa, siapa dia? Hanya seorang penggembala kambing. Bicara saja tidak fasih alias cadel (akibat pernah memakan bara api diwaktu bayi). Hanya memiliki sebatang tongkat butut.

"Masih yakin mau ikut Nabi Musa?" Tanya UAS sekali lagi.

Jamaah terdiam.

UAS : "Kerjaan Nabi Musa hanya sebagai penjaga kambing, tiba-tiba mau mengajak kita menyeberangi lautan, tanpa memakai sampan, tanpa perahu, tanpa kapal. Apakah yakin kita mau ikut Nabi Musa?"

Tak satupun jama'ah berani menjawab, semua tertunduk, diam seribu bahasa.

UAS : "Betapa  sesungguhnya manusia zaman Firaun dan zaman sekarang, tidak Ada bedanya. Di zaman sekarang ini, mayoritas semua tergila-gila pada harta, wanita, pangkat, jabatan, pujian, rayuan. Al Wahn (cinta keduniawian)."

"Sungguh, Fir'aun itu akan tetap ada hingga akhir zaman. Hanya saja berubah wajah Dan bentuknya, juga namanya. Namun secara hakikat dia akan terus ada. Sebab sejarah akan berulang, dan kita harus tetap yakin seyakinnya biidznillah Fir'aun dikalahkan oleh Musa karena Kuasa ALLAH Azza Wa Jalla."

"Siapapun yang akan terpilih itu sudah menjadi takdir/sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, tetapi Allah akan mencatat dimana kita berpihak."

Belajaralah DARI CICAK dan Burung Pipit.

Dahulu saat Nabi Ibrahim Alaihi Salam dibakar oleh Raja Namrud, datanglah burung pipit yang bolak balik mengambil air dan meneteskan air itu di atas api yang membakar Nabi Ibrahim Alaihi Salam.

Cicak yang melihatnya tertawa : "Hai pipit........! Bodohnya yang kau lakukan itu. Paruhmu yang kecil hanya bisa menghasilkan beberapa tetes air saja, mana mungkin bisa memadamkan api itu!.

Burung pipit pun menjawab : "Wahai cicak, memang tak mungkinlah aku bisa memadamkan api yang besar itu, tapi aku tak mau jika Allah melihatku diam saja saat sesuatu yang Allah cintai dizholimi, Allah tak akan melihat hasilnya apakah aku berhasil memadamkan api itu atau tidak, tetapi Allah akan melihat dimana aku berpihak."

Cicak terus tertawa, dan sambil menjulurkan lidahnya ia berusaha meniup api yang membakar Nabi Ibrahim Alaihi Salam agar cepat membesar.

Memang tiupan cicak tak ada artinya tak menambah besar api yang membakar Nabi ibrahim Alaihi Salam, tetapi Allah melihat dimana Cicak berpihak.

Hikayat ini terjadi sekarang, dan akan terus berulang saat Al-Qur'an dinistakan, suara Azan dipermasalahkan, bendera tauhid dibakar dan pembela Agama dikriminalisasi.

Aku bertanya padamu sahabat, Di manakah kau berpihak? Memang, Pilihanmu tak akan mengubah sedikitpun takdir Allah, Tapi Allah akan mencatat dimana kau berpihak. Berada di barisan mana dirimu, siapa yang kamu dukung, siapa yang kamu pilih untuk jadi pemimpin.

Ingat-ingat, pilihanmu akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat nanti.

Renungkanlah sejenak saudara Muslimku, semoga Allah menyatukan kita kelak di SurgaNya. Aamiin

Foto : Salam Dakwah

Judul artikel terkait :Tetapkah di Jalan Kebenaran, Walau Sendirian
Alamat link terkait :Tetapkah di Jalan Kebenaran, Walau Sendirian

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tetapkah di Jalan Kebenaran, Walau Sendirian"

Posting Komentar