Ketika Syahwat Berbicara

Judul : Ketika Syahwat Berbicara

Baca Juga:


Ketika Syahwat Berbicara

Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Di antara keajaiban besar yang terjadi pada masa ini adalah lompatan kepakaran pada banyak orang. Tiba-tiba bermunculan sangat banyak pakar virus tanpa mengerti virus, pakar kesehatan tanpa perlu kuliah di kedokteran, pakar dalam menakar fatwa ulama dan meributkannya tanpa memahami ushul fiqh.

Tiba-tiba kita merasakan keajaiban luar biasa. Dalam waktu sekejap banyak orang tampak hebat hanya dengan melihat sekelebat. Jago berdebat tanpa perlu mendalami ilmunya dengan disiplin belajar yang sangat ketat. Bahkan atas nama iman ada yang dengan ringan menolak hujjah yang shahih seakan ia faqih yang telah melakukan muqaranah amat lama.

Sangat menggoda untuk turut dalam debat kusir yang karut-marut, tetapi teringatlah diriku tentang seburuk-buruk bekal dalam berbicara. Rasulullah ﷺ bersabda:

بِئْسَ مَطِيَّةُ الرَّجُلِ زَعَمُوا

“Seburuk-buruk bekal seseorang (dalam berbicara) adalah ungkapan ‘menurut sangkaan mereka’.” (HR. Abu Dawud).

Tetapi kan meneruskan perkataan orang yang sudah beredar dalam berbagai broadcast yang tak jelas asal-usulnya, meskipun ada nama yang jelas tertera? Tampaknya sederhana, tetapi aku khawatir ini menjatuhkan diri pada apa yang diingat oleh Nabi yang mulia, beliau Muhammad ﷺ, yakni terhitung sebagai pendusta meskipun tak merasa dusta.

Rasulullah ﷺ bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah sebagai bukti kedustaan seseorang bila ia menceritakan segala hal yang ia dengar.” (HR. Muslim).

Aku diam termangu seraya bertanya, ataukah ini yang disebut syahwat berbicara (شهوة الكلام)?

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku-buku Parenting
Foto Nur Saidi

Judul artikel terkait :Ketika Syahwat Berbicara
Alamat link terkait :Ketika Syahwat Berbicara

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ketika Syahwat Berbicara"

Posting Komentar