Contoh Penulisan Proposal Penelitian Skripsi Yang Baik dan Benar
Contoh Proposal Skripsi yang Baik dan Benar - Proposal skripsi merupakan usulan penelitian bagi mahasiswa sarjana (S1). Proposal skripsi biasanya terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, batasan penelitian, keaslian penelitian,kerangka teori, kerangka konsep, metode penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data dan sistematika penulisan.
Meskipun demikian, sistematika penulisan proposal skripsi tiap universitas tidaklah sama. Hal ini memang sengaja dilakukan universitas agar skripsi yang disusun mempunyai ciri-ciri tersendiri dan mencegah mahasiswa untuk tidak melakukan copy paste/plagiat dari skripsi universitas lain.
Contoh Penulisan Proposal Penelitian Skripsi Yang Baik dan Benar
Judul Penelitian
PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MELAPORKAN HASIL PENGAMATAN PADA PEMBELAJARAN IPA
(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelaran IPA Topik Energi Panas di Kelas IV SDN Situgede Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya)
Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2004 atau populer dengan sebutan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) berlandaskan kepada fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam undang-undang sistem pendidikan nasional (UUSPN) nomor 20 Tahun 2003.
Kurikulum diartikan sebagai “seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai Tujuan Nasional dan cara penyampaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan SD atau MI, sedangkan kompetensi merupakan “pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, (puskur, balibang Depdiknas).
Dalam proses pembelajaran kompetensi dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian dan bahan pelajaran secara kontekstual. Selanjutnya dapat dikenal melalui hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan dapat diamati (Pedoman pengembangan silabus, puskur 2003; 2).
Kurikulum 2006 dikenal dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Merupakan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa ‘ standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara Nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pemberlakuan kurikulum 2006 termasuk di dalamnya Standar Kompetensi mata pelajar IPA dengan segala karakteristiknya berdampak positif karena kurikulum 2006 dengan segala perangkatnya akan memberikan wawasan baru mengenai pengelolaan pembelajaran yang berkualitas. Khususnya menyangkut mata pelajar IPA, guru menjadi lebih memahami bagaimana seharusnya membelajarkan siswa. Namun selain pencapaian tujuan yang dianggap positif pada kenyataannya masih dirasakan sebagai suatu masalah karena proses pembelajaran di lapangan tidak semulus yang diharapkan kurikulum.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung pada proses pembelajaran harus memehami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPA sebagaimana dikatakan (Depdiknas, 2006: 47) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dam memahami alam sekitar secara ilmiah pendidikan IPA diarahkan untuk berbuat sehingga membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Dalam pembelajaran, salah satu kesulitan yang dialami oleh guru kelas IV SDN Situgede adalah belum optimalnya pencapaian Tujuan Pembelajaran yang berhubungan dengan kerja ilmiah siswa. Peneliti menyadari benar bahwa sesuai tuntutan kurikulum pembelajaran IPA seharusnya berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematika. Namun disisi lain kelemahan yang terjadi di lapangan adalah pengelolaan kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada konsep dan fakta saja. Dan pembelajarannya yang verbalistik dengan metode mengajar berupa ceramah murni. Siswa hanya mendengar penjelasan guru dan mencatat ringkasan konsep atau materi sains sekali-kali memang guru pernah mendemonstrasikan beberapa fenomena alam dengan alat peraga seadanya, itupun tidak dengan persiapan yang optimal. Sudah dari dulu peneliti berkeinginan dan berusaha agar pembelajaran sains sesuai dengan yang diharapkan kurikulum. Maka kali ini peneliti dalam pembelajarannya mencoba menggunakan metode eksperimen, peneliti berusaha secara bertahap merancang pembelajaran IPA tang diharapkan dan dapat memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi siswa. Dengan menggunakan metode eksperimen hasil belajar siswa meningkat dan siswa dapat belajar dengan proses, sikap dan produk ilmiah. Kemampuan dalam melakukan keterampilan atau kerja ilmiah yang sangat mendasar yaitu melakukan pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan. Keterampilan itu dianggap optimal jika siswa mampu menggunakan seluruh indera dalam melakukan pengamatan.
Peneliti menyadari untuk mencapai target tersebut tidak akan berhasil jika dilakukan satu kali pembelajaran, tetapi harus dilakukan beberapa kali secara terbimbing.
Keinginan peneliti untuk memperbaiki pembelajaran di SDN Situgede akan direalisasikan dalam sebuah penelitian dengan judul “Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Melaporkan Hasil Pengamatan dalam Pembelajaran IPA”. (Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran IPA topik energi panas di kelas IV SDN Situgede Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya).
Identifikasi dan Rumusan Masalah
Identifikasi masalah
Sebagaimana pada latar belakang masalah di atas, para guru SDN Situgede khususnya guru kelas IV (peneliti) berhadapan dengan masalah bahwa proses pembelajaran yang digunakan selama ini belum mampu menghasilkan pembelajaran IPA yang efektif. Hal ini ditunjukan oleh kenyataan bahwa keterampilan proses atau kinerja siswa masih sangat rendah. Pada tahap ini guru kelas sebagai peneliti mencermati pengalaman dirinya selama mengelola pembelajaran Sains di kelas IV SDN Situgede kemudian mengidentifikasi dan menemukan adanya masalah dalam pembelajaran di kelas tersebut. Permasalahan itu antara lain guru belum dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran IPA terutama dalam keterampilan prosesnya. Dengan demikian peneliti berhadapan dengan masalah belum terpenuhinya tuntutan kurikulum.
Guru menyadari benar bahwa pembelajaran IPA menurut kurikulum 2004 harus lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa. Dari hasil identifikasi tersebut peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan siswa melaporkan hasil pengamatan. Kegiatan penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Rumusan masalah
Bertolak dari latar belakang masalah serta hasil refleksi awal peneliti untuk menjembatani antara kurikulum dengan objek dilapangan saat ini yakni proses pembelajaran tidak semulus yang diharapkan, maka peneliti memandang bahwa yang menjadi masalah utama adalah perlunya pengelola pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan siswa melaporkan hasil pengamatan pada pembelajaran IPA di SDN Situgede. Dengan demikian diharapkan pembelajaran IPA di kelas IV SDN Situgede menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Prioritas pemecahan masalah adalah sebagaimana dimaksud dinyatakan dalam rumusan umum pertanyaan peneliti “Bagaimanakah menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan siswa melaporkan hasil pengamatan pada pembelajaran IPA?”.
Lebih khusus rumusan masalah penelitian dirinci sebagai berikut:
Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan siswa melaporkan hasil pengamatan pada pembelajaran IPA dikelas IV?
Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan siswa melaporkan hasil pengamatan pada pembelajaran IPA dikelas IV?
Bagaimana peningkatan kemampuan siswa melaporkan hasil pengamatan pada pembelajaran IPA dikelas IV?
Masalah penelitian dibatasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN Situgede semester II untuk topik energi panas.
Pemecahan Masalah
Permasalahan tentang bagaimana penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN Situgede akan dilaksanakan melalui serangkaian pembelajaran pada topik energi panas. Pembelajaran tersebut akan dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan di kelas IV, karena guru kelas IV sebagai peneliti sudah kenal kondisi, situasi dan keperluan di lapangan.
Tindakan pemecahan masalah secara garis besar yaitu:
- Meningkatkan kemampuan guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pembelajaran IPA di kelas IV
- Meningkatkan kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada pembelajaran IPA di kelas IV
- Meningkatkan kemampuan guru membuat instrumen untuk kerja ilmiah siswa dengan menggunakan metode eksperimen
- Meningkatkan kemampuan kerja ilmiah siswa dengan menggunakan metode eksperimen
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam melaporkan hasil pengamatannya.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
Meningkatkan kemampuan guru membuat rencana pembelajaran dalam mengimplemantasikan metode eksperimen pada pembelajaran IPA topik energi panas di kelas IV SDN Situgede
Meningkatkan kemampuan guru melaksanakan proses pembelajaran dalam mengimplementasikan metode eksperimen pada pembelajaran IPA topik energi panas di kelas IV SDN Situgede
Meningkatkan kerja ilmiah siswa dalam melaporkan hasil pengamatan dengan menggunakan metode eksperimen pada pembelajaran IPA topik energi panas di kelas IV SDN Situgede
Manfaat Penelitian
Manfaat secara teoritis
Secara teoritis kegiatan penelitian dapat mengembangkan ilmu pendidikan tentang penggunaan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan siswa melaporkan hasil pengamatan pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN Situgede Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.
Manfaat praktis
Manfaat secara praktis adalah dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman langsung kepada guru dan siswa untuk memecahkan permasalahan pembelajaran Sains khususnya pada topik energi panas di kelas IV SDN Situgede.
Manfaat kelembagaan
Manfaat secara kelembagaan adalah mengembangkan fungsi kelembagaan sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran serta sebagai lembaga penelitian pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar.
LKS adalah salah satu alat Bantu pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan proses dengan maksud untuk mengaktifkan dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran serta membantu siswa dalam memperoleh dan mengembangkan konsep-konsep IPA sehingga mempermudah terciptanya proses belajar mengajar yang bermakna bagi siswa.
Anggapan dasar
Pembelajaran IPA akan efektif apabila dibantu dengan alat peraga yang relevan
Metode eksperimen salah satu metode pembelajaran yang cocok dengan karakteristik pembelajaran IPA
Lembar kerja siswa dan keterampilan proses siswa akan membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan pengamatan untuk melaporkan hasil
Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian dalam tindakan yaitu apabila guru dalam pembelajaran IPA pada konsep energi panas dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran secara efektif dengan menggunakan metode eksperimen maka kemampuan siswa melaporkan hasil pengamatan di kelas IV SDN Situgede Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya dapat meningkat.
Metode dan Rencana Penelitian
Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu bentuk penelitian langsung dilaksanakan di kelas. Adapun model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis & MC. Taggart, dengan pertimbangan model penelitian ini adalah model yang mudah dipahami. Satu kali pembelajaran sama dengan satu siklus. Alasan dipilihnya model ini adalah sesuai dengan kemampuan guru sebagai peneliti pemula. Selain itu PTK yang dilaksanakan hanya untuk satu pokok bahasan atau satu materi pokok. Satu materi pokok tersebut bisa saja terdiri dari beberapa materi yang diselesaikan dalam beberapa kali tindakan, (Depdikbud, 1999:21). Pelaksanaan metode ini meliputi empat tahap sebagai berikut :
- Perencanaan (planning)
- Pelaksanaan (acting)
- Observasi (observation)
- Refleksi (reflektion)
Berikut digambarkan ikhtisar dari model PTK pada penelitian ini, adapun bagannya adalah sebagai berikut :
Rencana penelitian
Rencana umum
Menetapkan peneliti mitra (observer) yaitu guru kelas VI untuk membangun kesepahaman antara peneliti dengan observer tentang konsep dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, topik yang diangkat dalam proses pembelajaran serta penentuan waktu pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas.
Mengkaji kurikulum mata pelajaran IPA kelas IV untuk mengetahui standar kompetensi dan hasil belajar yang ditetapkan kurikulum pada topik energi panas. Menyusun rancangan umum pembelajaran, instrumen penelitian untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta LKS, proses pelaksanaan tindakan, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan selama pembelajaran IPA pada PTK berlangsung.
Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen di kelas IV SDN Situgede pada topik energi panas. Jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 11 laki-laki dan 9 orang perempuan.
Variabel yang diselidiki
Adapun jenis variabel-variabel penelitian yang mejadi fokus tindakan pada penelitian adalah:
Variabel input
Yaitu kemampuan awal siswa dan guru dalam pembelajaran IPA dengan metode eksperimen sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan.
Variabel proses
Pelaksanaan tindakan penelitian ini juga didasarkan pada variabel proses, yaitu:
Aktivitas guru kelas IV menggunakan metode eksperimen dalam proses pembelajaran IPA pada topik energi panas yang dinyatakan dengan skor dan deskripsi hasil penilaian observer terhadap kinerja guru pada setiap fase pembelajaran.
Aktivitas siswa kelas IV dalam proses pembelajaran IPA pada topik energi panas dengan menggunakan metode eksperimen serta panduan LKS. Dinyatakan dengan skor dan deskripsi hasil penelitian observer terhadap kemampuan siswa dalam kelompok yang berhubungan dengan kerja ilmiah siswa melakukan observasi meliputi penggunaan alat indera, pencatatan data hasil pengamatan dan intensitas keaktifan dalam kelompok.
Variabel out put
Variabel out put yaitu peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran pada topik energi panas dengan menggunakan metode eksperimen pada kemampuan observasi menggunakan alat indera, pencatatan data hasil pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan.
Rencana tindakan
Seperti telah disebutkan pada bagian metode penelitian bahwa penelitian tindakan kelas ini merujuk dari model Kemmis & MC. Taggart dengan pola umum sebagai berikut: (bagan terlampir).
Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Teknik observasi
Pada pelaksanaan observasi di kelas dibantu oleh mitra. Adapun alat yang gunakan untuk menunjang data adalah lembar observasi kinerja guru, lembar observasi kinerja siswa serta catatan lapangan. Instrumen tersebut digunakan sebagai bahan analisis refleksi pada setiap tahapan pembelajaran, untuk bahan perbaikan pembelajaran berikutnya. Dalam kegiatan observasi kegiatannya adalah merekam dan mencatat semua peristiwa yang terjadi dalam pembelajaran. Hasil observasi selalu dilaporkan dan didiskusikan agar segera diketahui tercapai atau tidaknya pembelajaran tersebut.
Teknik tes atau penilaian
Tes berguna untuk menyaring data pembelajaran.
Analisis deskriptif
Teknik deskriptif digunakan untuk menjelaskan seluruh rangkaian penelitian mulai dari perencanaan sampai tahap refleksi.
Indikator kinerja
Pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindakan perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa.
Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA
Menurut Roestiyah NK (1989:80) dalam Strategi Belajar Mengajar yang dimaksud Metode Eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya. Sedangkan menurut Tim Dosen UPI (2004:35) dalam bahan ajar pendidikan IPS bahwa metode eksperimen adalah proses belajar mengajar yang melibatkan logika induktif untuk mengumpulkan pengamatan terhadap proses dari hasil percobaan. Hal yang sama menurut Noehi Nasution (2002:5-24) dalam pendidikan IPA SD Metode Eksperimen adalah metode yang banyak digunakan dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam yang pelaksanaannya tidak selalu di laboratorium tetapi bisa juga dilakukan pada alam sekitar.
Peranan guru dalam penerapan metode eksperimen ini adalah sebagai fasilitator dan advisor. Metode eksperimen lebih menekankan kepada keaktifan siswa untuk memproses perolehan belajarnya sendiri dari paa keaktifan guru dalam menyajikan isi pelajaran.
Teknik dan alat penunjang metode eksperimen diantaranya; lembar kerja siswa, keterampilan proses dalam melakukan pengamatan dan alat peraga.
Sekian informasi Contoh Proposal Skripsi yang Baik dan Benar, Semoga bermanfaat dan dapat menjadi referensi bagi sahabat semua.
Alamat link terkait :Contoh Penulisan Proposal Penelitian Skripsi Yang Baik dan Benar
0 Response to "Contoh Penulisan Proposal Penelitian Skripsi Yang Baik dan Benar"
Posting Komentar