Takdir
Paku kecil putih. Kemungkinan paku itu nancap di ban belakang motor ketika pulang shalat shubuh tadi. Maklum, masjid masih dalam proses pembangunan. Banyak paku yang mungkin terserak. Kena dan menancap di ban.
Saya mengetahuinya saat hendak berangkat kerja. Bocor. Kempes. Tidak bisa lagi dinaiki. Ketika jam kosong saya pun membawanya ke tukang bengkel untuk ditambal. Dicek, ternyata ada dua lubang: yang satu besar, dan satunya lagi agak kecil. Dua duanya berbahaya.
Inilah yang bernama takdir. Qodarullah. Jika Allah telah berkehendak, maka terjadi. Tak ada yang bisa menolak, apalagi menggagalkan. Allah Maha Kuasa. Tertancapnya paku ke ban belakang motor saya sudah ditetapkan takdirnya. Tak mungkin meleset.
Jangankan ban motor yang bocor. Semut kecil yang hitam dan berjalan di atas batu besar hitam di tengah gelap gulita juga telah ditetapkan takdirnya. Apalagi sesuatu peristiwa yang mewarnai kehidupan manusia: sudah didesain rapi di Lauhul Mahfudz.
Maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh seorang hamba kecuali bersabar dan menerima takdir itu. Tak hanya itu, kita juga harus mengambil ibrah, dan hikmah di baliknya. Sebab, tak ada sesuatu hal kecil yang terjadi tanpa hikmah di baliknya.
Lalu, apa hikmah di balik itu semua? Banyak. Hanya saja sebagai manusia biasa, memiliki keterbatasan untuk menyibak selaksa hikmah di balik peristiwa itu.
Tapi, bisa jadi salah satunya, bocornya ban motor saya bisa jadi asbab rezeki bagi tukang tambal ban di pinggir Jalan Sungai Ampal ini. Bisa jadi, pada malam hari atau paginya, dia berdoa meminta rezeki. Jadi ini salah satu asbabnya.
Atau bisa jadi dengan bocornya ban itu sebagai cara Allah jauhkan dan selamatkan dari sebuah kecelakaan dan lain sebagainya. Husnuzon pada Allah. Hanya dengan begitu, hidup kita akan selalu tenang, dan bahagia. InsyaAllah.
Syaiful Anshor, Penulis Buku dan Wartawan
Alamat link terkait :Takdir
0 Response to "Takdir"
Posting Komentar