Kiat Mendidik Anak Penghafal Qur’an

Judul : Kiat Mendidik Anak Penghafal Qur’an

Baca Juga:


Kiat Mendidik Anak Penghafal Qur’an


Oleh : Rachmad Fajrin Alkhoiri

(Ringkasan Kajian Inspirasi Mendidik Anak Dari Keluarga Penghafal Qur’an
Bersama Ustadz La Ode Abu Hanafi dan La Ode Musa Al Hafizh
di Masjid Suciati Saliman dan Masjid Ulil Albab UII)

Siapa yang tidak kenal dengan La Ode Musa Al Hafizh atau lebih dikenal dengan Musa Hafiz Indonesia RCTI. Musa atau sering dipanggil Abang Musa karena beliau adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Musa mulai dikenal ketika mengikuti program Hafiz Indonesia di RCTI pada tahun 2014, yang mana ia menjadi Juara 1 saat itu. Musa juga adalah Juara 3 Musabaqoh Hifzil Qur’an Internasional di Mesir. Saat ini, diusianya yang sudah 10 tahun, ia telah Hafal 30 Juz Al Qur’an, beberapa kitab hadits dan kitab para ‘ulama, diantaranya Kitab Hadits Arba’in An Nawawi, Kitab Tsalatsatul Ushul, Qowa’idul ‘Arba’, dll. Saat ini juga Musa dalam proses menyelesaikan hafalan Kitab Bulughul Marom karya Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani. MasyaAlloh... Luar biasa sekali memang, beliau mampu menghafal kitab-kitab yang bagi kita nama kitab tersebut pun kurang familiar, padahal itu adalah petunjuk kita dalam beragama.

Dari 2 Kajian Ustadz La Ode Abu Hanafi yang sempat kami hadiri (di Masjid Suciati Saliman dan Masjid Ulil Albab UII), setidaknya ada 6 point penting kiat mendidik anak yg sempat kami catat, berikut kamiuraikan 6 point tersebut.

Mendidik anak dimulai dari diri sendiri.
Mendidik anak harus dimulai dg mendidik diri sendiri. Mulailah memperbaiki diri, meningkatkan semangat belajar, sering mengikuti kajian dan majlis ilmu. Kemudian istiqomah mengamalkan setiap ilmu dan pengetahuan yang didapatkan.

Ajarkan anak adab dan alkhlaq sebelum ilmu.
Jauh sebelum mengajarkan ilmu atau menyuruh anak menghafal qur’an, ajarkan dulu kepadanya adab dan akhlaq. Ajarkan adab-adab islami dalam kegiatan sehari-hari mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Misalnya ketika bangun tidur biasakan anak membaca do’a bangun tidur, kemudian ketika masuk kamar mandi ajarkan untuk membaca do’a dan mendahulukan kaki kiri, ketika keluar kamar mandi baca do’a dan dahulukan kaki kanan, kemudian jika mau makan mulai dengan membaca basmalah, makan sambil duduk dan makan dengan tangan kanan, makan dari yang terdekat, dan seterusnya. Tujuan dari mengajarkan adab ini adalah agar anak menjadi penurut dan mudah diatur, dan ini sudah terbukti diterapkan ustadz Abu Hanafi kepada Musa.

Memilih Istri yang sholihah dan semangat belajar agama.
Istri yang sholihah sangat penting untuk mendapatkan keturunan yang sholih. Istri yang sholihah di sini tidak harus seorang ustadzah atau seorang hafizhoh, yang terpenting adalah ia adalah wanita yang baik yang memiliki kemauan dan semangat dalam belajar agama. Diantara banyak hak anak seperti mendapatkan nafkah, kasih sayang, dll. Seorang anak juga berhak mendapat ibu yang baik yang bisa membimbing agama anak. Sebagai contoh umi nya Musa sering memasak sambil memegang Al Qur’an kemudian meyimak hafalan Musa, selesai masak beliau ke kamar menyusui adiknya Musa, kembali sambil memegang Al qur’an dan menyimak Hafalan Qur’an anak-anaknya. Begitulah kira-kira peran seorang ibu, Al Umm madrosatul Ula (ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya).

Kedekatan kepada anak.
Seorang ayah dan ibu harus memiliki kedekatan kepada anak. Kedekatan dengan anak dapat dibangun dengan sering mengajak anak makan bersama, makan dari satu piring yang sama, jalan-jalan bersama, bercanda dengan anak, kalau anaknya laki-laki diajak gulat, dll. Kemudian penting juga untuk bersikap lembut kepada anak, sering mencium anak, diantar bagian tubuh anak yang harus sering dicium adalah, ubun-ubunnya, keningnya, pipinya, dan tangannya (punggung tangannya). Sambil mencium, anak juga di doa’akan “ALLOHUMMA FAKKIHU FIDDIN” (Ya Alloh pahamkanlah ia ilmu agama) atau “BAROKALLOHU FIIK”(Semoga Alloh memberkahinya), dll.

Kalau seorang ayah keluar untuk mencari makan, nafkah untuk anak itu penting, tapi kedekatan kepada anak, mengajari anak Aqidah dan ilmu itu lebih penting..!!

Lingkungan yang baik.
Lingkungan dimilai dari lingkungan keluarga, dalam lingkungan keluarga, jauhkan anak dari musik dan tontonan yang merusak. Jauhkan anak dari HP, karena HP adalah kejahatan yang masuk ke rumah dan sangat merusak seorang anak. Jauhkan itu semua dari anak dan berikan penjelasan ini tidak boleh karena didalamnya ada yg terbuka aurat, dll. Walaupun ia menangis, tetap harus dijauhkan, sekali kita kalah dengan anak, tidak tega melihatnya menangis, selamanya kita akan kalah. Mendiamkan anak yang menangis dengan memberikannya HP adalah kesalahan besar.

Penting menjelaskan kepada anak kenapa ini boleh, ini tidak boleh. Misal, jangan main HP karena di dalamnya ada gambar orang buka aurat, perempuan tidak berhijab, dll.
Di lingkungan keluarga, di rumah anak harus sering diperdengarkan Al Qur’an, ceramah, serta diberikan tontonan yang bermanfaat baik itu ilmu dunia dan ilmu agama.

Kemudian penting juga memilihkan teman yang baik untuk anak. Dalam islam teman itu ada 2 macam, teman yang baik dan yang buruk, tidak ada yang ketiga. Teman yang baik ibarat tukang minyak wangi, sedang teman yang buruk ibarat pandai besi. Jangan suruh anak berteman denagn teman yang buruk, tetapi tetap bermuamalah dengannya, misal menjenguknya ketika sakit, bersedekah , membantunya jika butuh bantuan, dll.
Pemilihan teman ini penting juga karena pengaruh teman itu sangat luar biasa, jangan sampai anak lebih dekat dengan temannya ketimbang orangtua, jangan sampai ketika menghadapi sesuatu anak justru lebih dulu curhat kepada temannya, cerita kepada temannya daripada ke orangtuanya.

Mendidik anak waktunya lama dan panjang.
Mendidik anak waktunya lama dan panjang, butuh kesabaran dan jangan terburu-buru. Setiap anak punya sifat masing-masing dan kemampuan masing-masing, jadi tidak perlu kecewa jika anak lambat dalam menghafal, lambat dalam belajar, pasti anak punya keunggulan dalam bidang lain, misal ketangkasan fisik, dll. Yang terpenting dalam mengajarkan anak, kaidahnya seluruh cabang ilmu itu harus istiqomah dan sunggung-sungguh. Dan paling penting jugaorang tua harus butuh modal, butuh uang, waktu, dan tenaga.

Itulah beberapa kiat mendidik anak menjadi anak sholih-sholihah dan calon penghafal qur’an yang kami catat dari kajian ustadz La Ode Abu Hanafi dan La Ode Musa Al Hafizh. Semoga bermanfaat, silakan disebarluaskan. Jazakumullohu Khoiron. || ATIN


Judul artikel terkait :Kiat Mendidik Anak Penghafal Qur’an
Alamat link terkait :Kiat Mendidik Anak Penghafal Qur’an

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kiat Mendidik Anak Penghafal Qur’an"

Posting Komentar