Islam Vs Islam Nusantara

Judul : Islam Vs Islam Nusantara

Baca Juga:


Islam Vs Islam Nusantara

Istilah Islam Nusantara sebenarnya bertentangan dengan definisi Islam itu sendiri sama halnya dengan istilah Islam Liberal, karena memasukan unsur-unsur yang sebenarnya tidak Islami dan rancu baik dari segi filsafat maupun hukum. Jika istilah Islam Rahmatan lil Alamin (QS Al-Anbiya 21 Ayat 107) dan Islam Wasathiyah (QS Al-Baqarah 2 Ayat 143) masih memungkinkan karena itu merupakan sifat dari Islam dan bisa digunakan selama tidak dipelintir makna aslinya untuk kepentingan politik sekelompok orang atau untuk menyerang kelompok lain yang berbeda. Tetapi, walaupun begitu istilah Islam Rahmatan lil Alamin dan Islam Wasathiyah hadir dandipropagandakan berberengan dengan munculnya gerakan terorisme mengatasnamakan agama sehingga muncul Islam beserta sifatnya. Padahal, tidak menggunakan sifat pun Islam sudah berarti damai, selamat, pasrah pada Allah, dan lain-lain. Penyifatan seperti ini harus dikaji ulang khawatir akan semakin membuat perpecahan antar ummat Islam yang selalu difitnah radikal, teroris, fundamentalis, dan lain-lain. Selain itu, nabi dan para sahabat pun tidak pernah menyifati Islam untuk melakukan propaganda apa pun. Mengenai terorisme, sekali-kali ummat Islam tidak mungkin melakukan tindak pidana terorisme karena Allah dan Rasul-Nya tidak mengajarkan kekerasan dalam bentuk apa pun. Saran saya yang harus dicap teroris itu Bangsa Yahudi penganut Zionisme beserta sekutu-sekutunya termasuk Amerika Serikat yang mengaku polisi dunia yang merampas dan membunuh kaum muslimin di Palestina, Suriah, dan di belahan dunia Islam lainnya.

Jika Islam Nusantara yang ditonjolkan adalah kearifan lokal yang ramah, dan bersifat partikular, dan menjelek-jelekan Muslim di Arab, sebenarnya dalam masalah ini, Islam dalam tradisi fiqhnya telah membuat rambu-rambu mengenai hukum adat atau hukum kearifan lokal. Hukum adat dapat dijadikan sumber hukum Islam selama hukum adat tersebut masih berpijak dan tidak bertentangan dengan sumber hukum Islam yang universal yakni Al-Qur'an dan Sunnah dengan begitu, hukum adat atau kearifan lokal tidak bisa berdiri sendiri baik dengan menggunakan Istilah Islam Nusantara, Islam Liberal, Islam Radikal, dan lain-lain. Islam ya Islam. Islam yang Ma Ana wa Ashabi (Islam yang dibawa Rasulullah SAW dan dilaksanakan oleh para sahabat beliau).

Mari kita tadabburi ayat berikut :

وَمَآ أَرْسَلْنٰكَ إِلَّا كَآفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Saba' 34: Ayat 28)

Allah Swt. berfirman kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad Saw.:
{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ}

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Saba: 28)

Yakni kepada semua makhluk yang dikenai taklif, sebagaimana pengertian yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu sekalian." (Al-Araf: 158)

Dan firman Allah Swt.:

{تَبَارَكَ الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا}

Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1)

Adapun firman Allah Swt.:
{بَشِيرًا وَنَذِيرًا}
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Saba: 28)

Artinya, kamu menyampaikan berita gembira masuk surga bagi orang-orang yang taat kepadamu, dan kamu memberikan peringatan masuk neraka bagi orang-orang yang durhaka kepadamu.
{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}

tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Saba: 28)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}

Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103)

Dan firman Allah Swt.:

{وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ}

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al-An'am: 116)

Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan Kami tidak mengutusmu melainkan kepada umat manusia seluruhnya. (Saba: 28) Yakni kepada segenap umat manusia.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah Swt. mengutus Muhammad Saw. kepada bangsa Arab dan non-Arab, maka orang yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling bertakwa kepada Allah Swt. dan taat kepada-Nya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Az-Zarani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adni, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah mengutamakan Muhammad Saw. di atas semua penduduk langit dan semua para nabi. Murid-murid Ibnu Abbas bertanya, "Wahai Ibnu Abbas, apakah keutamaan Nabi Muhammad Saw. atas semua para nabi?" Ibnu Abbas menjawab bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. (Ibrahim: 4) Sedangkan sehubungan dengan Nabi Muhammad Saw. Allah Swt. berfirman: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya. (Saba: 28) Maka Allah mengutusnya kepada umat manusia dan umat jin.

Apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini mempunyai bukti yang menguatkannya disebutkan di dalam kitab Sahihain yang di-marfu '-kan oleh sahabat Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ. وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، فَأَيُّمَا رَجُلٌ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ. وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي. وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ. وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً".

Aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah dianugerahkan kepada seorang nabi pun sebelumku: Aku diberi pertolongan dengan rasa gentar yang mencekam hati musuh sejauh perjalanan satu bulan; bumi ini dijadikan bagiku sebagai masjid dan suci lagi menyucikan, maka barang siapa dari kalangan umatku yang memasuki waktu salat hendaklah ia salat (di mana pun berada); dan dihalalkan bagiku ganimah, padahal ganimah belum pernah dihalalkan kepada seorang pun sebelumku; aku diberi izin untuk memberikan syafaat; dan dahulu seorang nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia.

Di dalam kitab sahih disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"بُعِثْتُ إِلَى الْأَسْوَدِ وَالْأَحْمَرِ"
Aku diutus untuk kulit hitam dan kulit merah.

Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah jin dan manusia seluruhnya. Selain Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah orang Arab dan orang non-Arab. Semua pendapat tersebut benar.

Setelah kita tadabburi, apakah kita sudah menemukan jati diri Islam yang sesungguhnya? Islam itu kaffatan linnas untuk seluruh manusia di bumi baik arab maupun non arab yang jumlahnya sangat banyak. Jadi, kalau hanya bicara Islam Nusantara sama saja dengan membatasi Islam itu sendiri, dan seorang nabi pun tidak berhak untuk membatasi Islam. Ini seorang kiyai berani-beraninya mempropagandakan Islam Nusantara yang katanya memiliki kebudayaan yang kaya jika dibandingkan Islam Arab yang keras. Apa dasar anda pak yai atau yang lainnya dengan membatasi Islam seperti itu, Anda tidak berhak mengotak-ngotakan Islam yang hanya secuil. Sekelas nabi saja yang diberi wahyu dan terlepas dari dosa tidak berani mengotak-ngotakan Islam. Islam untuk 1 milyar lebih muslim bukan untuk 200an juta orang. Jika jilbab/niqob adalah produk arab, yang Anda maksud arab yang mana? Bangsa Arab pra Islam itu tidak pakai baju sama dengan suku pedalaman di papua ketika Islam datang merubah keadaan primitif seperti itu dengan pakaian yang menutup aurat yang akan menjaga kesucian dan kehormatan wanita. Kalau al-Qur'an adalah produk budaya arab, coba buat semisal al-Qur'an dengan menggunakan bahasa-bahasa di Nusantara terus bandingkan dengan Al-Qur'an dan saya pesimis Anda bisa melakukannya. Sebenarnya saya tahu, Anda memahami Islam yang sebenarnya seperti apa, tapi Anda tutupi untuk kepentingan pihak tertentu yang membiayai Anda.

Mari setelah mentadabburi ayat itu, kita tafakkuri perkataan Imam Syafi'i :

Ketika murid Imam Syafi'i bertanya..
"Ulama seperti apa yg kami harus ikuti di akhir zaman wahai guru?"
Imam Syafi'i menjawab: "Ikutilah..ulama yg dibenci kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik..."
"Dan jauhilah ulama yg disenangi kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik..."

وسئل الإمام الشافعي رحمه الله تعالى: كيف تعرف أهل الحق في زمن الفتن؟! فقال: "اتبع سهام العدو فهي ترشدك إليهم".

Imam Syafe'i pernah berkata, "Nanti di akhir jaman akan banyak Ulama yang membingungkan Umat, sehingga Umat bingung memilih mana Ulama Warosatul Anbiya dan mana Ulama Suu yang menyesatkan Umat".

Maka Imam Syafi'i mengatakan,

"Carilah Ulama yang paling di benci oleh orang-orang KAFIR dan orang MUNAFIK, dan jadikanlah Ia sebagai Ulama yang membimbing mu, dan jauhilah Ulama yang dekat dengan orang KAFIR dan MUNAFIK karena ia akan menyesatkan mu, menjauhi mu dari Keridhoan Allah".

Nah sekarang perkataan Imam Syafii itu terbukti, dan kita bisa MENILAI nya sendiri mana Ulama yang di Musuhi oleh orang KAFIR dan MUNAFIK yang harus kita ikuti, dan mana Ulama yang selalu dekat dengan orang KAFIR dan MUNAFIK yang harus kita jauhi.
Istilah KAFIR merupakan kata TERHALUS dalam bahasa arab al-Qur'an yang sering disalah pahami oleh orang Indonesia untuk non muslim atau cara yang digunakan tidak Islami. Akhir zaman sekarang sudah terbukti, banyak yang ngaku ulama yang lebih dekat hubungannya dengan orang-orang kafir, munafiq, dan fasik dan memusuhi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman. Jadi terang-benderanglah siapa yang harus ditaati dan siapa yang harus dijauhi.

Karakterisrik ulama sejati itu takut kepada Allah, dan berda'wah untuk menyatukan ummat Islam dan sangat loyal dengan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman, serta menjaga jarak dari orang kafir, munafiq, dan fasik, bukan 'ulama' yang bermesraan dengan orang kafir, munafiq, dan fasik, dan suka memecah belah ummat dengan istilah-istilah yang tidak Islami, Islam liberal-lah, Islam Toleran-lah, Islam Moderat-lah, dan sekarang Islam Nusantara.

Sudah tergambar siapa ulama yang harus ditaati? Ayo ikuti ulama, jaga ulama kita, karena ulama-lah yang mewarisi ilmu-ilmu para nabi bukan pewaris monyet-monyet zionis, laknatullah. Wallahu a'lam.

Judul artikel terkait :Islam Vs Islam Nusantara
Alamat link terkait :Islam Vs Islam Nusantara

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Islam Vs Islam Nusantara"

Posting Komentar