Pertanggung Jawaban Amal (hisab), Asas dan Prinsip Penghisaban oleh Allah Swt di Mahsyar
Perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan di akhirat dinamakan hisab. Hisab adalah peristiwa dimana Allah Swt menampakkan kepada manusia amalan mereka di dunia dan menetapkannya Atau Allah Swt mengingatkan dan memberitahukan kepada manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan. Dengan demikian Hisab merupakan perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan secara sungguh-sungguh oleh Allah Swt untuk dipublikasikan terhadap pelakunya baik mukmin maupun kafir. Saat dilakukanya hisab ini dikenal dengan istilah yaumul hisab.
Hisab menurut istilah aqidah memiliki dua cara.
1. Al ‘Aradh (penampakkan dosa dan pengakuan).
Al ‘Aradh mempunyai dua pengertian.
a. Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah Swt dalam keadaan menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang diperiksa secara sungguh-sungguh dan yang tidak dihisab.
b. Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin, mengenai penetapannya, merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah Swt atasnya. Hisab demikian ini dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir).
2. Munaqasyah (diperiksa secara sungguh-sungguh).
Munaqasyah adalah hisab (perhitungan) antara kebaikan dan keburukan.
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya,”Bukankah Allah telah berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ Maka Rasulullah Saw. menjawab: “Hal itu adalah al ‘aradh. Namun barangsiapa yang dimunaqasyah hisabnya, maka ia akan binasa”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Imam Ibnu Abil Izz (w.792 H) menjelaskan, makna hadis diatas, seandainya Allah Swt memeriksa dengan menghitung amal kebajikan dan keburukan dalam hisab hambaNya, tentulah akan mengadzab mereka dalam keadaan tidak menzhalimi mereka sedikit pun, namun Allah Swt memaafkan dan mengampuninya.
Besarnya pemandangan hisab terlihat dari siapa yang menghisab, dia adalah Allah Swt, tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya, dan bisa jadi cahaya terang yang menyinari bumi Mahsyar itu terjadi pada saat hadirnya Allah Swt untuk menetapkan keputusanNya.
"Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masingmasing) dan didatangkanlah Para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan." (QS. Az Zumar: 69)
Para rasul dihadirkan, mereka ditanya tentang amanat yang Allah Swt bebankan atas mereka, yakni menyampaikan risalah dan wahyu kepada umat mereka, para rasul tersebut bersaksi atas umat mereka sebatas apa yang mereka ketahui. Para saksi pada hari itu berdiri tegak, mereka bersaksi atas seluruh makhluk dengan apa yang mereka lakukan dulu, para saksi tersebut adalah para malaikat yang mencatat amal-amal perbuatan manusia. Kepastian adanya hisab ini telah dijelaskan di dalam, QS. al-Ghasiyah (88) : 25-26
"Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka. kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka." (QS. al-Ghasiyah : 25-26)
Sebelum dihisab, mereka diberitahu tentang amal perbuatan yang telah mereka kerjakan meskipun mereka telah lupa apa yang mereka kerjakan. Amal manusia didunia telah dicatat oleh Malaikat , tanpa ada kekliruan sedikitpun.
Manusia yang hendak menghadapi hisab dihadirkan, mereka berdiri berbaris untuk menghadap Allah, seperti dalam QS. al-Kahfi (17) : 48. Para pendosa dihadirkan, orang-orang yang mendustakan para rasul, membangkang kepada Tuhan mereka dan berbuat kerusakan di muka bumi, dalam keadaan terikat dengan rantai dengan pakaian dari qathiran (pelangkin/aspal) demikian firman Allah Swt dalam QS.Ibrahim : 49-50.
"dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian." (QS. al-Kahfi: 48)
"dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka." (QS. Ibrahim : 49-50)
Hisab ini dilakukan dalam satu waktu, dan Allah sendiri yang akan melakukannya, Kemudian diberikan kitab yang telah ditulis malaikat agar dibaca dan diketahui oleh setiap orang. Firman Allah Swt,
"dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:”Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang juapun”. (QS. al-Kahfi: 49)
Allah Swt memang menulis semua amalan hambaNya, yang baik maupun yang buruk, tanpa dikurangi dan ditambah sedikitpun, bahkan Allah Swt memperhitungkan amalan hambanya dengan sangat teliti dan cermat sampai hal yang sekecil apapun.
Sebagaimana firmanNya dalam QS. al-Zalzalah (99) : 7-8. Sehingga seluruh pelaku perbuatan melihat amalannya dan tidak dapat mengingkarinya, karena bumi menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula seluruh anggota tubuh pun berbicara tentang perbuatan yang telah ia lakukan. Dijelaskan dalam firman Allah Swt dalam QS.Yasin : 65,
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. al-Zalzalah : 7-8)
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin : 65).
Menurut satu riwayat, seorang hamba akan ditanya tentang :umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya serta akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati, sebagaimana yang di sabdakan Nabi Saw. :
“Seorang hamba akan di tanya tentang 4 hal pada hari kiamat nanti, tentang umurnya di habiskan untuk apa? Tentnag jasadnya di gunakan untuk apa? Tentang perbuatanya, apa yang di perbuat, dan tentang hartanya dari mana ia mendapatkanya dan di gunakan untuk apa?”
Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad Saw., kita umat yang terakhir tapi yang pertama dihisab.Yang pertama kali dihisab dari hakhak Allah Swt pada seorang hamba adalah salatnya.Mulut terkunci, nanti yang akan menjadi saksi adalah tangan, kaki, mata, telinga, kulit, bahkan bumi. Demikian keterang QS. Yasin (36): 65, QS. Fussilat (41): 20-21 dan QS. An Nur (24) 24.
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin: 65)
"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. dan mereka berkata kepada kulit mereka:”Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” kulit mereka menjawab:”Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan Kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan”. (QS. Fussilat : 20-21)
Adapun orang-orang kafir, mereka akan dipanggil di hadapan semua makhluk. Kepada mereka disampaikan semua nikmat Allah Swt, kemudian akan dipersaksikan amalan kejelekan mereka disana. Dijelaskan dalam hadis Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda :
“Lalu Allah menemui hambaNya dan berkata : “Wahai Fulan! Bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikan engkau sebagai pemimpin, menikahkanmu dan menundukkan untukmu kuda dan onta, serta memudahkanmu memimpin dan memiliki harta banyak?” Maka ia menjawab: “Benar”. Allah berkata lagi: “Apakah engkau telah meyakini akan menjumpaiKu?” Maka ia menjawab: “Tidak,” maka Allah berfirman : “Aku biarkan engkau sebagaimana engkau telah melupakanKu”. Kemudian (Allah) menemui orang yang ketiga dan menyampaikan seperti yang disampaikan di atas. Lalu ia (orang itu) menjawab: “Wahai Rabbku! Aku telah beriman kepadaMu, kepada kitab suciMu dan rasul-rasul Mu. Juga aku telah salat, bershadaqah,” dan ia memuji dengan kebaikan semampunya. Allah menjawab: “Kalau begitu, sekarang (pembuktiannya),” kemudian dikatakan kepadanya: “Sekarang Kami akan membawa para saksi atasmu,” dan orang tersebut berfikir siapa yang akan bersaksi atasku. Lalu mulutnya dikunci dan dikatakan kepada paha, daging dan tulangnya: “Bicaralah!” Lalu paha, daging dan tulangnya bercerita tentang amalannya, dan itu untuk menghilangkan udzur dari dirinya.Itulah nasib munafik dan orang yang Allah murkai”.(HR. Muslim).
Dalam melakukan penghisaban Allah Swt menggunakan sejumlah kaidah sebaga asas dan prinsipnya. Diantara kaidah itu :
1. Prinsip keadilan yang sempurna tanpa sedikitpun kedzaliman, sehingga tidak ada kebaikan atau keburukan walau hanya sebesar atom hidrogin yang terlepas dari proses penghisaban.
2. Tidak ada pelimpahan atau pewarisan dosa, sehingga seseorang tidak akan disiksa karena dosa yang dilakukan orang lain.
3. Pengungkapan amal perbuatan kepada pelakunya, sehingga mereka dapat melihat dan menilai sendiri diri mereka dan tidak ada lagi alasan bagi mereka untuk menolaknya.
4. Penghadiran saksi-saksi atas orang kafir dan munafik.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pertanggung jawaban amal (hisab), asas dan prinsip penghisaban oleh Allah Swt. Sumber buku Siswa Kelas XI MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Hisab menurut istilah aqidah memiliki dua cara.
1. Al ‘Aradh (penampakkan dosa dan pengakuan).
Al ‘Aradh mempunyai dua pengertian.
a. Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah Swt dalam keadaan menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang diperiksa secara sungguh-sungguh dan yang tidak dihisab.
b. Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin, mengenai penetapannya, merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah Swt atasnya. Hisab demikian ini dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir).
2. Munaqasyah (diperiksa secara sungguh-sungguh).
Munaqasyah adalah hisab (perhitungan) antara kebaikan dan keburukan.
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya,”Bukankah Allah telah berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ Maka Rasulullah Saw. menjawab: “Hal itu adalah al ‘aradh. Namun barangsiapa yang dimunaqasyah hisabnya, maka ia akan binasa”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Imam Ibnu Abil Izz (w.792 H) menjelaskan, makna hadis diatas, seandainya Allah Swt memeriksa dengan menghitung amal kebajikan dan keburukan dalam hisab hambaNya, tentulah akan mengadzab mereka dalam keadaan tidak menzhalimi mereka sedikit pun, namun Allah Swt memaafkan dan mengampuninya.
Besarnya pemandangan hisab terlihat dari siapa yang menghisab, dia adalah Allah Swt, tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya, dan bisa jadi cahaya terang yang menyinari bumi Mahsyar itu terjadi pada saat hadirnya Allah Swt untuk menetapkan keputusanNya.
وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
"Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masingmasing) dan didatangkanlah Para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan." (QS. Az Zumar: 69)
Para rasul dihadirkan, mereka ditanya tentang amanat yang Allah Swt bebankan atas mereka, yakni menyampaikan risalah dan wahyu kepada umat mereka, para rasul tersebut bersaksi atas umat mereka sebatas apa yang mereka ketahui. Para saksi pada hari itu berdiri tegak, mereka bersaksi atas seluruh makhluk dengan apa yang mereka lakukan dulu, para saksi tersebut adalah para malaikat yang mencatat amal-amal perbuatan manusia. Kepastian adanya hisab ini telah dijelaskan di dalam, QS. al-Ghasiyah (88) : 25-26
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ . وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ
"Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka. kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka." (QS. al-Ghasiyah : 25-26)
Sebelum dihisab, mereka diberitahu tentang amal perbuatan yang telah mereka kerjakan meskipun mereka telah lupa apa yang mereka kerjakan. Amal manusia didunia telah dicatat oleh Malaikat , tanpa ada kekliruan sedikitpun.
Manusia yang hendak menghadapi hisab dihadirkan, mereka berdiri berbaris untuk menghadap Allah, seperti dalam QS. al-Kahfi (17) : 48. Para pendosa dihadirkan, orang-orang yang mendustakan para rasul, membangkang kepada Tuhan mereka dan berbuat kerusakan di muka bumi, dalam keadaan terikat dengan rantai dengan pakaian dari qathiran (pelangkin/aspal) demikian firman Allah Swt dalam QS.Ibrahim : 49-50.
وَعُرِضُوا عَلَىٰ رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ ۚ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا
"dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian." (QS. al-Kahfi: 48)
وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ . سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ وَتَغْشَىٰ وُجُوهَهُمُ النَّارُ
"dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka." (QS. Ibrahim : 49-50)
Hisab ini dilakukan dalam satu waktu, dan Allah sendiri yang akan melakukannya, Kemudian diberikan kitab yang telah ditulis malaikat agar dibaca dan diketahui oleh setiap orang. Firman Allah Swt,
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
"dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:”Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang juapun”. (QS. al-Kahfi: 49)
Allah Swt memang menulis semua amalan hambaNya, yang baik maupun yang buruk, tanpa dikurangi dan ditambah sedikitpun, bahkan Allah Swt memperhitungkan amalan hambanya dengan sangat teliti dan cermat sampai hal yang sekecil apapun.
Sebagaimana firmanNya dalam QS. al-Zalzalah (99) : 7-8. Sehingga seluruh pelaku perbuatan melihat amalannya dan tidak dapat mengingkarinya, karena bumi menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula seluruh anggota tubuh pun berbicara tentang perbuatan yang telah ia lakukan. Dijelaskan dalam firman Allah Swt dalam QS.Yasin : 65,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. al-Zalzalah : 7-8)
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin : 65).
Menurut satu riwayat, seorang hamba akan ditanya tentang :umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya serta akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati, sebagaimana yang di sabdakan Nabi Saw. :
“Seorang hamba akan di tanya tentang 4 hal pada hari kiamat nanti, tentang umurnya di habiskan untuk apa? Tentnag jasadnya di gunakan untuk apa? Tentang perbuatanya, apa yang di perbuat, dan tentang hartanya dari mana ia mendapatkanya dan di gunakan untuk apa?”
Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad Saw., kita umat yang terakhir tapi yang pertama dihisab.Yang pertama kali dihisab dari hakhak Allah Swt pada seorang hamba adalah salatnya.Mulut terkunci, nanti yang akan menjadi saksi adalah tangan, kaki, mata, telinga, kulit, bahkan bumi. Demikian keterang QS. Yasin (36): 65, QS. Fussilat (41): 20-21 dan QS. An Nur (24) 24.
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin: 65)
حَتَّىٰ إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ . وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا ۖ قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. dan mereka berkata kepada kulit mereka:”Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” kulit mereka menjawab:”Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan Kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan”. (QS. Fussilat : 20-21)
Adapun orang-orang kafir, mereka akan dipanggil di hadapan semua makhluk. Kepada mereka disampaikan semua nikmat Allah Swt, kemudian akan dipersaksikan amalan kejelekan mereka disana. Dijelaskan dalam hadis Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda :
“Lalu Allah menemui hambaNya dan berkata : “Wahai Fulan! Bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikan engkau sebagai pemimpin, menikahkanmu dan menundukkan untukmu kuda dan onta, serta memudahkanmu memimpin dan memiliki harta banyak?” Maka ia menjawab: “Benar”. Allah berkata lagi: “Apakah engkau telah meyakini akan menjumpaiKu?” Maka ia menjawab: “Tidak,” maka Allah berfirman : “Aku biarkan engkau sebagaimana engkau telah melupakanKu”. Kemudian (Allah) menemui orang yang ketiga dan menyampaikan seperti yang disampaikan di atas. Lalu ia (orang itu) menjawab: “Wahai Rabbku! Aku telah beriman kepadaMu, kepada kitab suciMu dan rasul-rasul Mu. Juga aku telah salat, bershadaqah,” dan ia memuji dengan kebaikan semampunya. Allah menjawab: “Kalau begitu, sekarang (pembuktiannya),” kemudian dikatakan kepadanya: “Sekarang Kami akan membawa para saksi atasmu,” dan orang tersebut berfikir siapa yang akan bersaksi atasku. Lalu mulutnya dikunci dan dikatakan kepada paha, daging dan tulangnya: “Bicaralah!” Lalu paha, daging dan tulangnya bercerita tentang amalannya, dan itu untuk menghilangkan udzur dari dirinya.Itulah nasib munafik dan orang yang Allah murkai”.(HR. Muslim).
Dalam melakukan penghisaban Allah Swt menggunakan sejumlah kaidah sebaga asas dan prinsipnya. Diantara kaidah itu :
1. Prinsip keadilan yang sempurna tanpa sedikitpun kedzaliman, sehingga tidak ada kebaikan atau keburukan walau hanya sebesar atom hidrogin yang terlepas dari proses penghisaban.
2. Tidak ada pelimpahan atau pewarisan dosa, sehingga seseorang tidak akan disiksa karena dosa yang dilakukan orang lain.
3. Pengungkapan amal perbuatan kepada pelakunya, sehingga mereka dapat melihat dan menilai sendiri diri mereka dan tidak ada lagi alasan bagi mereka untuk menolaknya.
4. Penghadiran saksi-saksi atas orang kafir dan munafik.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pertanggung jawaban amal (hisab), asas dan prinsip penghisaban oleh Allah Swt. Sumber buku Siswa Kelas XI MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Alamat link terkait :Pertanggung Jawaban Amal (hisab), Asas dan Prinsip Penghisaban oleh Allah Swt di Mahsyar
0 Response to "Pertanggung Jawaban Amal (hisab), Asas dan Prinsip Penghisaban oleh Allah Swt di Mahsyar"
Posting Komentar