Ayat Al-Qur'an dan Hadits Tentang Etos Kerja

Judul : Ayat Al-Qur'an dan Hadits Tentang Etos Kerja

Baca Juga:


Ayat Al-Qur'an dan Hadits Tentang Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan etos kerja Muslim dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang luhur.

Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance)

Ayat Al-Qur'an Tentang Etos Kerja.
1. Al-Qur'an Surat Al-Qashash: 77.

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“ dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)

Kandungan Qur'an Surat Al-Qashash ayat 77.

Allah Swt memerintahkan manusia bekerja dan berusaha untuk kepentingan urusan duniawi dan ukhrawi secara seimbang. Tidak boleh orang mengejar duniawinya saja, dan melupakan akhiratnya. Begitu juga sebaliknya. Keduanya hendaknya berjalan dan diperhatikan secara seimbang.

Al-Qur’an mengajarkan manusia akan pentingnya memiliki kearifan equilibrium, yakni kearifan untuk menciptakan keseimbangan dalam dirinya dan kehidupannya, berupa keseimbangan intelektual dan hati nuraninya, jasmani dan rohaniah, serta keseimbangan dunia dan akhiratnya. Bahkan keseimbangan itu pun ditunjukkan oleh Allah Swt melalui penyebutan kosa kata antara ad-dunya dan al-akhirah, masingmasing disebut dalam al-Qur’an sebanyak 115 kali.

Pada ayat di atas kata al-akhirah (akhirat) disebut lebih dulu, baru kemudian menyebut kata ad-dunya. Hikmahnya bahwa manusia ada kecenderungan kuat sibuk berusaha hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawinya. Terkadang untuk urusan duniawi ia menghalalkan segala cara, padahal kehidupan dunia bersifat sementara.

Sedangkan kehidupan akhirat bersifat langgeng/kekal. Maka manusia dipesan bahwa kalau bekerja keras untuk kepentingan ukhrawi, dengan sendirinya urusan duniawinya juga didapat. Untuk itu ayat ini menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pandangan kepada akhirat sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai sarana mencapai tujuan.

2. Al-Qur'an Surat Al-Jumu'ah ayat 9-11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا ۚ قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ ۚ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

"9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. 10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 11. dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisiAllah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki." (QS. Al-Jumu’ah: 9-11)

Kandungan QS. Al-Jumu’ah: 9-11.

Allah Swt telah memilih hari Jum’at sebagai hari besar untuk peribadatan bagi kaum Muslimin karena pada hari ini Dia telah menyempurnakan penciptaan mahluk-Nya. Panggilan untuk melaksanakan shalat jumat sangat tegas, bahkan seseorang yang sedang berniagapun harus menghentikan aktifitas perniagaanya dan bersegera memenuhi panggilan muadzin untuk melaksanakan ibadah shalat jum’at. Bukan mengabaikan seruan muadzin dan memilih kesesatan seperti kaum Yahudi yang lebih memilih hari Sabtu sebagai hari besar peribadatan mereka, dan juga kaum Nasrani yang memilih hari Minggu sebagai hari ibadah mereka.

Menunaikan ibadah shalat jum’at merupakan kewajiban bagi laki-laki mukmin mukalaf. Panggilan untuk melaksanakan shalat jumat petunjuk ayatnya sangat tegas. Bahkan orang yang sedang berniagapun harus ditinggalkan dan bersegera memenugi panggilan muadzin dan meninggalkan semua pekerjaannya untuk segera shalat juma’at.

Al-Qur’an secara tegas memberi dorongan kepada umat Islam agar memiliki etos kerja tinggi, untuk tampil sebagai pekerja keras dan berprestasi. Untuk menggapai keberuntungan hidup, tidaklah hanya cukup tenggelam dalam masalah ritual formal (ibadah mahdhah). Tetapi hendaknya dimanifestaasikan dalam ibadah aktual.

3. Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 105.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. At-Taubah : 105)


Hadits Tentang Etos Kerja.

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِيكَرِبَ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا كَسَبَ الرَّجُلُ كَسْبًا أَطْيَبَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَمَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَخَادِمِهِ فَهُوَ صَدَقَةٌ

"Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Ammar] berkata, telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin 'Ayyasy] dari [Bahir bin Sa'd] dari [Khalid bin Ma'dan] dari [Al Miqdam bin Ma'dikarib Az Zubaidi] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya sendiri. Dan apa-apa yang diinfakkan oleh seorang laki-laki kepada diri, isteri, anak dan pembantunya adalah sedekah." (HR. Ibnu Majah).

Penjelasan Hadits.

Hadits di atas merupakan motivasi dari Nabi Saw kepada kaum muslimin untuk me- miliki etos kerja yang tinggi. Kita dilarang oleh Nabi Saw hanya bertopang dagu dan berpangku tangan mengharap rezeki datang dari langit. Kita harus giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Bahkan dikatakan oleh Nabi Saw bahwa tidak ada yang lebih baik dari usaha seseorang kecuali hasi kerjanya sendiri. Hal ini tentunya juga bukan sembarang kerja tetapi pekerjaan yang halal dan tidak bertentangan deng syari’at agama Islam.

Nilai mulia bukan hanya dari sisi memerolehnya saja, membelanjakannyapun untuk anak, istri, dan pembantu dinilai sedekah oleh Allah. Betapa luhur ajaran Islam yang mendukung betul bagi para pemeluknya untuk giat bekerja. Dalam hadis lain Nabi pernah mengajarkan kepada kita sebuah do’a yang sangat indah sekaligus memotivasi kita untuk memiliki etos kerja yang tinggi, sebagai berikut:

حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Telah menceritakan kepada kami Anas bin Mālik dia berkata; “Rasūlullah pernah berdoa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, rasa takut, kepikunan, dan kekikiran. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian” (HR. Muslim).

Hadits di atas jelas menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan pada pentingnya bekerja keras serta sangat tidak mengajarkan umatnya untuk menjadi pemalas, lemah, apalagi menjadi peminta-minta sebagaimana hadits Nabi Saw:

عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ أَحْبُلَهُ فَيَأْتِيَ الْجَبَلَ فَيَجِئَ بِحُزْمَةِ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَسْتَغْنِيَ بِثَمَنِهَا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ

Dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Kakeknya ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Sekiranya salah seorang dari kalian mengambil tali dan membawanya ke gunung, lalu ia datang dengan membawa satu ikat kayu di atas punggungnya, kemudian menjualnya hingga dapat memenuhi kebutuhannya adalah lebih baik daripada meminta-minta manusia, baik mereka memberi ataupun tidak” (HR. Ibnu Majah).

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang Ayat Al-Qur'an dan Hadits tentang etos kerja. Semoga kita di jauhkan dari sifat malas. Aamiin. Sumber Tafsir Ilmu Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Judul artikel terkait :Ayat Al-Qur'an dan Hadits Tentang Etos Kerja
Alamat link terkait :Ayat Al-Qur'an dan Hadits Tentang Etos Kerja

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ayat Al-Qur'an dan Hadits Tentang Etos Kerja"

Posting Komentar