Manajemen Hidup Seorang Muslim
Manusia hadir di muka bumi ini merupakan kehendak Allah yang menciptakannya. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk memelihara agama-Nya dan mengatur dan mengurus urusan dunia. Surah Al-Baqarah, ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Dalam setiap zaman dari umat manusia diutuslah seorang nabi dan rasul untuk menyampaikan dan membimbing titah Tuhan kepada umatnya. Maka fungsi seorang nabi dan rasul inilah sebagai teladan terbaik bagi setiap umatnya. Kita sebagai muslim yang baik tentu sangat meneladani nabi kita, Muhammad saw dan nabi-nabi sebelumnya karena dalam diri nabi Muhammad saw ada teladan yang baik sebagaimana firman Allah: Surah Al-Ahzab, ayat 21:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Muslim atau ummat nabi Muhammad saw adalah ummat terbaik menurut Allah, sang pencipta alam semesta, tidak diragukan lagi apapun yang difirmankan oleh-Nya karena apa pun yang difirmankan Allah kebenarannya absolut. Firman-Nya itu dalam Surah Aal-e-Imran, ayat 110:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Tentu tidak semua yang mengaku ummat nabi Muhammad saw terbaik disisi Allah swt, ada sebagiaan yang munafiq, ada juga yang fasik, namun, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi apabila ingin berpredikat sebagai ummat terbaik disisi Allah swt.
Seorang harus memenej dirinya agar menjadi bagian dari ummat terbaik, bagaimana cara memenej diri bagi seorang muslim?
Tahap pertama adalah Planning. Tahap ini adalah tahap perencanaan. Seorang muslim harus memiliki:
1. Visi
2. Misi
3. Tujuan
Visi Seorang Muslim adalah TAQWA
Kenapa taqwa menjadi pandangan hidup seorang muslim? Ingat! Taqwa itu gelar tertinggi seorang hamba disisi Allah, didalam taqwa itu ada ilmu, ada iman, dan ada amal shaleh yang melahirkan akhlaqul karimah dan rasa takut kepada Allah. Allah juga berkali-kali memerintahkan hamba-Nya untuk bertaqwa, taqwa ini menjadi wajib hukumnya. Taqwa juga menjadi satu-satunya bekal kita menghadap Allah. Allah berfirman dalam Surah Al-Hujraat, Verse 13:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Surah Ali-Imran, ayat 102:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Surah Al-Baqarah ayat 197:
...وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
Para ulama rahimahullah telah mejelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa. Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Asfahani mendenifisikan : “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”.
Sedangkan Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan “Menta’ati perintah dan laranganNya”. Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani “ Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan menta’atiNya. Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya”.
Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang yang bertaqwa. Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah, atau mengambil dengan kedua tangannya apa yang tidak diridhai Allah, atau berjalan ke tempat yang dikutuk Allah, berarti ia tidak menjaga dirinya dari dosa.
Jadi, orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan apa yang dilarangNya, dia bukan termasuk orang-orang yang bertaqwa
Orang yang menceburkan diri kedalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah, maka ia telah mengelurakan dirinya dari barisan orang-orang yang bertaqwa.
Misi Seorang Muslim adalah DA'WAH
Da'wah adalah usaha sadar dan terencana untuk menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia yang meliputi amar ma'ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan oleh akhlak, dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, berumah-tangga, bermasyarakat, dan bernegara.
Mayoritas umat Islam di dunia ini hanyalah objek da'wah, (itu makanya umat Islam itu banyak tapi seperti buih di lautan) makanya kita sebagai muslim yang taat, harus menjadi subjek da'wah karena da'wah itu bukan cuma oleh ustadz, kyai, atau ulama, tapi oleh kita, yang mengaku ummat nabi Muhammad saw yang masih bernyawa dan berilmu dimana pun dan kapan pun kita berada, syarat menjadi juru da'wah adalah harus punya ilmu walaupun sedikit. Da'wah yang dibangun tidak boleh padam, makanya setiap subjek da'wah wajib mengkader generasi muda untuk melanjutkan da'wah ini. Kewajiban da'wah termaktub dalam ayat-ayat berikut:
Surah Ali Imran, Ayat 104:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Metode da'wah Islam yang baik dan benar adalah sebagaimana yang tertulis dalam Surah An-Nahl, Ayat 125:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Perintah da'wah kepada nabi Muhammad saw yang pertama secara sembunyi termaktub dalam Surah Ash-Shuara, Ayat 214:
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
Perintah da'wah kepada Rasulullah saw yang kedua secara terang-terangan. Surah Al-Hijr, Ayat 94:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Tujuan Seorang Muslim adalah IBADAH
Ibadah adalah semua aktivitas yang dicintai Allah dan diridhai oleh-Nya baik berupa ucapan maupun perbuatan yang tampak ataupun yang tersembunyi.
Ibadah diawali dengan niat, jika niat kita lillah maka otomatis amal baik kita akan berubah menjadi amal sholeh, berbeda dengan amal baik yang hanya ingin dipuja dan dipuji orang, maka amal baiknya tidak ada artinya dihadapan Allah.
Syarat ibadah adalah ittiba (mengikuti dalil al-Qur'an dan hadits yang shahih) dan ikhlas (hanya mengharap ridha Allah).
Berdasarkan definisi tadi, ibadah bukan hanya sholat, shaum, zakat, haji saja tapi berniaga, bekerja, bertani juga ibadah selama mengharap ridha Allah.
Surah Adh-Dhariyat, Ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Surah Al-Bayyina, Ayat 5:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Surah Al-Anaam, Ayat 162:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
Tahap Kedua adalah Organizing atau pengorganisasian. Tahap ini menjadi sangat penting, pengorganisasian disini bukan da'wah yang diwadahi oleh suatu organisasi berbadan hukum, tapi organisasi yang terikat oleh iman. Organisasi seperti ini akan menguatkan da'wah kita. Kelompok ini dalam sebuah hadits dikatakan sebagai al-Jama'ah, yakni sebuah ikatan yang dilandasi aqidah Islam, apa pun madzhabnya, apa pun ormas Islamnya jika berpegang teguh kepada al-Qur'an dan sunnah maka disebut al-Jama'ah walaupun sendiri. Orang-orang seperti ini secara fitrah akan bersatu secara otomatis jika ada komando dari seseorang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya baik dalam keadaan damai, atau pun dalam keadaan perang. Allah berfirman dalam Surah Ali-Imran, Ayat 103:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Surah As-Saff, Ayat 4:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Tahap Ketiga adalah Actuating (penggerakan). Allah sangat membenci orang yang berdiam diri tanpa melakukan apa pun padahal dia tahu ilmunya. Makanya Allah menyuruh kita untuk bergerak, lakukan apa yang mesti kita lakukan, mulai dari hal kecil yang kita bisa, da'wah bukan hanya tabligh akbar, da'wah juga bisa dilakukan dengan cara kongkow di cafe, (ketika yang lain sibuk ngomongin pacar, kita sibuk mikirin ummat), atau dimana pun itu yang penting tidak mengganggu yang lain. Surah As-Saff, Ayat 2-3:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ, كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Tahap Keempat adalah Controling (pengawasan dan evaluasi). Tahap ini mengawasi dan mengevaluasi hal-hal berikut:
1. Aspek niat, apakah sudah lillah atau masih linnas?
2. Aspek metode, apakah sudah efektif atau tidak?
3. Aspek objek da'wah, apakah sudah berdampak da'wah kita pada pemahaman, dan akhlaknya?
4. Aspek kaderisasi, apakah sudah ada yang akan melanjutkan da'wah kita atau belum?
5. Aspek karya, seberapa banyak manfaat karya kita untuk ummat?
Simpulan
Ada 4 tahap manajemen seorang muslim:
1. Planning/Perencanaan yang terdiri atas: Visi seorang muslim adalah taqwa, misi seorang muslim adalah da'wah, dan tujuan seorang muslim adalah ibadah.
2. Organizing/Pengorganisasian lebih tepatnya pengorganisasian aqidah dan ukhuwah bukan organisasi berbadan hukum.
3. Actuating/Penggerakan dengan memanfaatkan potensi yang ada, media yang ada, sarana yang ada untuk memulai da'wah.
4. Controling/Pengawasan dan Evaluasi menyangkut aspek niat, metode, objek, kaderisasi, dan karya.
Wallahu a'lam,
Semoga bermanfaat.
Alamat link terkait :Manajemen Hidup Seorang Muslim
0 Response to "Manajemen Hidup Seorang Muslim"
Posting Komentar