Keadilan dan Kehendak Mutlak Tuhan Menurut Aliran Asy'ariyah
Aliran Asy'ariyah.
Dalam menjelaskan kemutlakan dan kekuasaan tuhan, al-Asy’ari menulis dalam al Ibanah bahwa tuhan tidak tunduk kepada siapapun, di atas tuhan tidak ada suatu zat apapun yang bisa membuat hukum mengenai apa yang harus diperbuat tuhan dan apa yang tidak boleh diperbuat tuhan.
Al-Asy’ari mengartikan keadilan dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Mereka percaya pada kemutlakan kekuasaan tuhan. Tuhan berbuat sesuatu sematamata adalah kekuasaan dan kehendak mutlakNya, bukan karena kepentingan manusia atau tujuan lainnya.
Ayat-ayat yang digunakan sebagai sandaran pendapat kaum Asy'ariyah adalah: QS. al-Buruj (85) ayat 16:
Artinya : "Maha kuasa berbuat apa yang dikehendakiNya." (QS. al-Buruj : 16).
QS. Yunus (10) ayat 99:
Artinya : “Dan jikalau tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS. Yunus : 99).
QS. al-Sajadah (32) ayat 13:
Artinya : “Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap- tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari padaKu: «Sesungguhnya akan aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama”. (QS. al-Sajadah: 13)
QS. al-An’am (6) ayat 112:
Artinya : “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. al-An’am :112)
QS. al-Baqarah (2) ayat 253:
Artinya : “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain, di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan ruhul qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendakiNya.” (QS. alBaqarah :253)
Ayat-ayat tersebut dipahami Asy'ariyah sebagai pernyataan tentang kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan. Kehendak tuhan pasti berlaku, apabila kehendak tuhan tidak berlaku, berarti tuhan lupa, lalai dan lemah untuk melaksanakan kehendakNya. Padahal sifat lalai, lupa dan lemah adalah sifat yang mustahil (tidak mungkin) bagi tuhan. Tanpa dikehendaki tuhan manusia tidak akan berkehendak apa-apa.
Asy'ariyah memahami bahwa tuhan mempunyai kekuasaan mutlak terhadap makhlukNya dan dapat berbuat sekehendak hatiNya. Dengan demikian, ketidakadilan dipahami dalam arti tuhan tidak dapat berbuat sekehendakNya terhadap makhluk. Atau dengan kata lain, dikatakan tidak adil apabila di pahami tuhan tidak lagi berkuasa mutlak terhadap milikNya.
Dalam menjelaskan kemutlakan dan kekuasaan tuhan, al-Asy’ari menulis dalam al Ibanah bahwa tuhan tidak tunduk kepada siapapun, di atas tuhan tidak ada suatu zat apapun yang bisa membuat hukum mengenai apa yang harus diperbuat tuhan dan apa yang tidak boleh diperbuat tuhan.
Al-Asy’ari mengartikan keadilan dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Mereka percaya pada kemutlakan kekuasaan tuhan. Tuhan berbuat sesuatu sematamata adalah kekuasaan dan kehendak mutlakNya, bukan karena kepentingan manusia atau tujuan lainnya.
Ayat-ayat yang digunakan sebagai sandaran pendapat kaum Asy'ariyah adalah: QS. al-Buruj (85) ayat 16:
فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ
Artinya : "Maha kuasa berbuat apa yang dikehendakiNya." (QS. al-Buruj : 16).
QS. Yunus (10) ayat 99:
وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَءَامَنَ مَن فِى ٱلْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنتَ تُكْرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا۟ مُؤْمِنِينَ
Artinya : “Dan jikalau tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS. Yunus : 99).
QS. al-Sajadah (32) ayat 13:
وَلَوْ شِئْنَا لَءَاتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَىٰهَا وَلَٰكِنْ حَقَّ ٱلْقَوْلُ مِنِّى لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya : “Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap- tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari padaKu: «Sesungguhnya akan aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama”. (QS. al-Sajadah: 13)
QS. al-An’am (6) ayat 112:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيَٰطِينَ ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ يُوحِى بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ ٱلْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Artinya : “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. al-An’am :112)
QS. al-Baqarah (2) ayat 253:
تِلْكَ ٱلرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ ٱللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَٰتٍ ۚ وَءَاتَيْنَا عِيسَى ٱبْنَ مَرْيَمَ ٱلْبَيِّنَٰتِ وَأَيَّدْنَٰهُ بِرُوحِ ٱلْقُدُسِ ۗ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا ٱقْتَتَلَ ٱلَّذِينَ مِنۢ بَعْدِهِم مِّنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ وَلَٰكِنِ ٱخْتَلَفُوا۟ فَمِنْهُم مَّنْ ءَامَنَ وَمِنْهُم مَّن كَفَرَ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا ٱقْتَتَلُوا۟ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
Artinya : “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain, di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan ruhul qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendakiNya.” (QS. alBaqarah :253)
Ayat-ayat tersebut dipahami Asy'ariyah sebagai pernyataan tentang kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan. Kehendak tuhan pasti berlaku, apabila kehendak tuhan tidak berlaku, berarti tuhan lupa, lalai dan lemah untuk melaksanakan kehendakNya. Padahal sifat lalai, lupa dan lemah adalah sifat yang mustahil (tidak mungkin) bagi tuhan. Tanpa dikehendaki tuhan manusia tidak akan berkehendak apa-apa.
Asy'ariyah memahami bahwa tuhan mempunyai kekuasaan mutlak terhadap makhlukNya dan dapat berbuat sekehendak hatiNya. Dengan demikian, ketidakadilan dipahami dalam arti tuhan tidak dapat berbuat sekehendakNya terhadap makhluk. Atau dengan kata lain, dikatakan tidak adil apabila di pahami tuhan tidak lagi berkuasa mutlak terhadap milikNya.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang keadilan dan kehendak mutlak tuhan menurut aliran Asy'ariyah. Sumber Buku Ilmu Kalam Kelas XII MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Alamat link terkait :Keadilan dan Kehendak Mutlak Tuhan Menurut Aliran Asy'ariyah
0 Response to "Keadilan dan Kehendak Mutlak Tuhan Menurut Aliran Asy'ariyah"
Posting Komentar